Wali Kota Jakarta Barat, Uus Kuswanto membuka kegiatan aksi 7 konvergensi Data Stunting terkait diseminasi dan publikasi data balita bermasalah gizi yang berlangsung di Ruang Soewiryo, Kantor Wali Kota Jakarta Barat, Senin (17/11).
Kegiatan yang dihadiri 90 peserta dari unsur kecamatan, kelurahan, puskesmas, dan TP PKK Kota Jakarta Barat diisi dengan penyampaian materi oleh dua orang narasumber.
Wali Kota Jakarta Barat, Uus Kuswanto mengatakan bahwa stunting adalah gagal tumbuh pada anak dibawah lima tahun akibat kekurangan gizi. Namun, permasalahan ini bukan dialami saat bayi lahir, tapi pada saat bayi dalam kandungan.
Oleh karena itu, lanjut Uus Kuswanto, penanganan kasus stunting ini perlu diselesaikan secara komprehensif dengan melibatkan semua unsur terkait.
"Terkait masalah stunting, tidak bisa dilakukan dinas kesehatan namun diselesaikan secara menyeluruh dengan melibatkan elemen masyarakat serta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Sehingga apa yang menjadi permasalahan itu bisa cepat terselesaikan," ujarnya.
Ia menyebutkan bahwa prevelansi stunting di wilayah DKI Jakarta, masih tinggi berkisar 17,22%. Angka ini masih jauh dari target penurunan stunting nasional, 14%. Meski begitu, permasalahan ini bukan berarti momok atau masalah yang perlu dhindari, tapi harus diselesaikan bersama.
"Caranya, kita mulai dari diri kita sendiri,masing-masing SKPD bersama-sama melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Melalui kegiatan ini, mari bersama-sama menyelesaikan masalah stunting secara komprehensif," ujarnya.
Ia berharap, penanganan masalah stunting tidak boleh kendur. Tak bisa juga diremehkan. Karena, penanganan masalah stunting harus diselesaikan dan menjadi tanggung jawab bersama.
Sebelumnya, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Sahrunah mengatakan desiminasi hasil aksi konvergensi balita stunting adalah upaya dari pemerintah kotamadya Jakarta Barat untuk memperoleh data prevelansi stunting yang terkini.
"Hasil pengukuran serta publikasi aksi stunting digunakan untuk memperkuat komitmen pemerintah daerah dan masyarakat dalam gerakan bersama bagi upaya percepatan penurunan stunting," tuturnya.
Publikasi data stunting, lanjut Sahrunah, tak sekadar menyebut angka prevelansi stunting tapi juga prevelansi permasalahan gizi lainnya, seperti wasting underweight, data cakupan layanan serta data hasil penanganan yang sudah dilakukan.
"Hal itu bertujuan agar kita dapat mengoptimalisasi perencanaan ke depan," tambahnya.
Kegiatan aksi 7 konvergensi Data Stunting terkait diseminasi dan publikasi data balita bermasalah gizi diisi dengan pemberian materi oleh narasumber yakni Raden Kunrat, dari Kementerian Dalam Negeri, dan Wahyu Kurnia Yusrin Putra, dari Departemen Gizi Kesmas FKM UI.
Materi dari masing-masing kedua narasumber membahas hasil analisis data prevelansi dan cakupan layanan serta implementasi 6 SPM posyandu. (why)





