Warga Jakarta Barat diminta selalu mewaspadai ancaman penyakit DBD, mengingat saat ini sudah masuk musim hujan.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Erizon Safari, menjelaskan musim hujan sangat berpotensi terjadi peningkatan kasus DBD karena ada tempat untuk perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti, penyebab demam berdarah.
“Sangat berpotensi meningkat. Itu kan sudah seperti trend ya. Saat ada hujan, biasanya ada kecendungan, kasus akan meningkat. Karena otomatis ada terjadi genangan. Begitu ada genangan, ada tempat populasi yang untuk tumbuhnya jentik nyamuk aedes aegypti. Nah, itu resiko terkait dengan iklim. Pasti ada lah kemungkinan kenaikan,” jelas Erizon saat dikonfirmasi, Rabu (12/2).
Terkait trend kasus DBD, sambungnya, biasanya terjadi mulai musim hujan atau sekitar bulan Januari dan Februari.
“Biasanya sih trendnya akan mencapai puncak di Mei atau Juni. Biasanya kan secara umum ya. Setiap awal tahun akan mulai beranjak naik. Mencapai puncaknya di April, Mei gitu,” ujar Erizon.
Untuk mengantisipasi dan mencegahnya, lanjut Erizon, perlu dilakukan pemeriksaan tempat-tempat potensial jentik nyamuk berkembang biak dengan rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di seluruh lingkungan permukiman warga dan wilayah.
“Warga harus paham gerakan satu rumah satu Jumantik (juru pemantau jentik). Begitu ada genangan harus dituntaskan. Mereka melakukan pemeriksaan sebagai Jumantik mandiri. Itu sudah umum dilakukan oleh warga melalui kader-kader Jumantik ataupun melalui puskesmas, dan dari unsur kader pelurahan juga,” pungkas Erizon.
Untuk diketahui, berikut data kasus DBD di Jakarta Barat selama tahun 2024; Januari 94 kasus, Februari 249, Maret 626, April 799, Mei 797, Juni 354, Juli 216, Agustus 188, September 101, Oktober 79, November 97 dan Desember 124 kasus, total 3.724 kasus. Sementara di Januari 2025 tercatat 177 Kasus. (Aji)