Pemerintah Kota (Pemkot) Administrasi Jakarta Barat dan Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD ) DKI Jakarta menggelar sosialisasi dan simulasi penanganan bencana gempa bumi megatrust di Kantor Wali Kota Jakarta Barat, Rabu (9/10).
Asisten Pemerintahan Kota Jakbar, Fimanuddin Ibrahim menyebut bahwa simulasi itu penting untuk dilakukan sebagai langkah edukasi.
“Edukasi, jadi kita melihat kejadian bencana bisa kita evaluasi bahwa kesiapan dari SDM-nya, terus bangunannya, dukungan untuk penyelamatannya bisa ditakar,” katanya.
Dikatakan Fimanuddin, pihaknya juga memastikan kelengkapan instrumen antisipasi bencana Kantor Wali Kota Jakarta Barat.
"Ada (BPBD memberikan rompi bagi kapten lantai). Dari rompi itu kan sebagai bukti dia sebagai kapten di lantai-lantainya dan juga nanti untuk kesehatan kan di sini kita juga ada tim UGD yang siaga di sini. Nah kalau untuk penyelamatan di depan (seberang ) juga kan ada markas Gulkarmat,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel) Pengolahan Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta, Michael Sitanggang mengatakan simulasi dkiikuti 300 orang mengikuti simulasi gempa megathrust sebagai bekal antisipatif jika sewaktu-waktu bencana gempa bumi terjadi.
"Tadi penghuni lantai 2 sampai 10, kurang lebih ada 300 orang yang terlibat. Termasuk juga dengan petugas penyelamat dan juga petugas kesehatan. Ada juga teman-teman dari TRC BPBD juga terlibat," katanya.
Dijelaskan Michael, setiap lantai ditunjuk satu orang kapten lantai (kapten lantai) untuk mengorganisasi pergerakan massa setiap lantai. Jadi setiap ada kejadian gempa, floor Captain yang sudah ditunjuk di setiap lantai nanti akan melaksanakan fungsinya. Simulasi tersebut dilakukan dengan perkiraan gempa sebesar 4,4 Modified Mercally Intensity (MMI).
"Tadi skenarionya adalah dengan gempa bumi megathrust di Kantor Wali Kota Jakarta Barat itu dengan kekuatan 4 MMI, yang kemudian kita mengevakuasi semua pegawai yang ada di Blok A," jelas Michael.
Lebih lanjut, Michael menuturkan, dalam proses simulasi, langkah paling awal yang harus dilakukan oleh para peserta jika terjadi gempa adalah tidak panik.
"Jadi berbeda dengan darurat kebakaran, ketika kita mengalami kebakaran itu kita langsung lari segera mungkin ke luar. Sedangkan gempa bumi kita tetap bertahan, jangan panik, dan kita melakukan 'drop, cover and hold on'. Jadi kita bisa berlindung di bawah kursi, di bawah meja, atau di dekat pilar,” tutur Michael.
Setelah itu, lanjut Michael, Captain Floor akan mengantisipasi mengintruksikan setiap pegawai untuk mengevakuasi diri. Mereka mengikuti arah, kemudian ke tangga darurat, dan ke titik kumpul yang ada di depan kantor Wali Kota. Jika sudah selesai dan masih ada korban yang terluka, makan pengelola gedung dan melakukan asesmen dan penanganan lanjutan.
"Misalnya tadi dalam simulasi ada korban luka. Nah nanti dilaporkan ada korban luka, dan juga ada ibu hamil yang perlu dievakuasi. Nah ini nanti dilaporkan ke pengelola gedung untuk segera dilakukan penanganan dan evakuasi," pungkasnya. (Yan)