Suku Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah (PPKUKM) Jakarta Barat berkomitmen meningkatkan para pelaku Usaha Mikro Kecil Menangah (UMKM) agar bisa naik kelas dengan strategi pemasaran produk UMKM melalui kegiatan bazar.
Kepala Sudis PPKUKM Jakarta Barat, Iqbal Idham Ramid mengatakan bahwa pihaknya telah melaksanakan kegiatan bazar UMKM di delapan wilayah kecamatan selama 8 kali dalam setahun sehingga bazar telah digelar 64 kali dalam setahun.
"Setiap kecamatan melaksanakan bazar sebanyak delapan kali. Berarti, ada 64 kali pelaksanaan bazar kecamatan dalam satu tahun. Bazar digelar untuk memfasilitasi para pelaku UMKM, setelah sebelumnya mereka mendapatkan pelatihan dan pembinaan," ujarnya, saat dikonfirmasi Selasa (30/12).
Gelaran pemasaran produk UMKM pada setiap kecamatan, lanjut Iqbal, menjadi salah satu strategi pemasaran untuk mengenalkan produk-produk unggulannya. Selain gratis, pelaksanaan bazar juga dilakukan pada tempat-tempat strategis.
Lebih lanjut Iqbal menjelaskan, pelaksanaan bazar pada masing-masing wilayah kecamatan, diikuti sebanyak 30 pelaku UMKM binaan Sudis PPKUKM Jakbar. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari.
"Target bazar adalah peningkatan omzet penjualan. Oleh karena itu, kami menggandeng stakeholder, seperti kelurahan, kecamatan, pengurus masjid dan yayasan, pengurus RT RW serta elemen masyarakat lainnya, untuk mengadakan bazar UMKM." tukasnya.
"Kolaborasi ini penting, karena bisa meningkat omzet penjualan produk. Misalnya, omzet penjualan Rp 100 juta pada bazar festival bandeng, di Kelapa Dua, Kebon Jeruk," sambungnya.
Omzet Rp 100 juta kegiatan bazar pada moment tersebut, lanjut Iqbal, dinilai yang terbanyak. Karena rata-rata omzet penjualan kegiatan bazar di wilayah kecamatan berkisar antara Rp 30-40 juta.
Ia mengaku bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya omzet penjualan pada kegiatan bazar di wilayah. Salah satunya faktor demografi.
"Misalnya, kegiatan bazar di Kecamatan Kembangan itu agak 'triky' (sulit-red). Karena mayoritas perekonomian warga Kembangan kelas menengah atas. Beda dengan wilayah Tambora, bazar pada momen keagamaan, seperti Maulid, justru omzetnya tinggi. Bisa mencapai Rp 40-50 juta walau hanya beberapa jam saja," jelasnya.
Selain demografi, faktor lainnya adalah geografis. Iqbal menyebut wilayah Kecamatan Taman Sari dinilai sulit untuk mengadakan bazar. Sebaliknya, wilayah kecamatan Cengkareng, sangat banyak lokasi atau tempat untuk menggelar bazar.
"Omzet bazar di Cengkareng juga tinggi. Kita bisa kolaborasi dengan Sudis Pertamanan dan Hutan Kota, untuk menggelar bazar di Jalur Hijau Kosambi, pada hari Sabtu dan Minggu," ujarnya.
Ia menambahkan, secara keseluruhan, omzet penjualan pada kegiatan bazar di Jakarta Barat hingga Desember 2025 diperkirakan mencapai Rp 3 miliar.
"Pertengah tahun saja, sudah mencapai Rp 1,5 miliar. Diperkirakan, omzet hingga akhir tahun bisa Rp 3 miliar," tambahnya. (why)





