Sekretaris Kota Jakarta Barat, H. Eldi Andi meminta perlu adanya intervensi dalam penanganan permasalahan gizi. Intervensi itu bisa bersifat spesifik dan sensitif.
"Dalam penanganan permasalahan gizi perlu dilakukan intervensi baik bersifat spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik merupakan intervensi yang lebih banyak berperan dari sektor kesehatan sedangkan intervensi sensitif merupakan peran dan tugas di luar sektor kesehatan,"ujarnya saat membuka kegiatan diseminasi informasi hasil surveilans gizi di Hotel Ciputra, Rabu (30/10)pagi.
Menurut Eldi Andi, berdasarkan kajian, intervensi sensitif mampu menyelesaikan permasalahan gizi sebanyak 70%. Dengan begitu, perbaikan gizi tak hanya menjadi tugas unsur kesehatan, melainkan seluruh sektor terkait sesuai tugas pokok dan fungsinya.
Ia meminta kepada para peserta yang hadir dalam kegiatan ini untuk meningkatkan pemahaman tupoksi masing-masing. Ini yang nantinya dapat menyamakan persepsi, kordinasi, serta meningkatkan kerjasama sehingga semua sektor yang terlibat dapat terpadu dalam upaya pencegahan dan penurunan angka stunting serta mengatasi permasalahan gizi di wilayah Jakarta Barat.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Fifi Mulyani menjelaskan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Gubernur DKI Jakarta, serta arahan Presiden Jokowi kepada Menteri kesehatan Terawang Agus Putranto, memprioritaskan mengatasi permasalahan gizi, termasuk masalah stunting.
Untuk menangani permasalahan gizi perlu melibatkan lintas sektor. Sehingga penanganan masalah ini akan terkordinasi dan menyeluruh hingga nantinya dapat mengurangi angka kasus stunting. "Definisi stunting adalah gangguan tumbuhkembang tubuh dan otak. Inilah yang perlu dipahami bagaimana tidak terjadi masalah itu, sehingga penuntasan masalah ini perlu melibatkan lintas sektor," tuturnya.
Sementara Kepala Sudis Kesehatan Jakarta Barat, Kristi Watini mengatakan berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013, masalah stunting tak hanya terjadi di pedesaan, tapi juga diperkotaan. Permasalahan ini terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Stunting terjadi baik pada keluarga kaya maupun miskin.
Ia menyebutkan bahwa ada 15 provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi stunting diatas 40%. Ini sangat tinggi. Sementara prevalensi stunting di wilayah Jakarta, dibawah 30%. (why)
20 Mei 2024