Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dimanfaatkan sebagai tempat warga untuk berinteraksi, termasuk pengembangan seni budaya. Sehingga pemanfaatan ruang ketiga ini perlu dioptimalkan.
Demikian dikemukakan Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Beky Mardani, saat menjadi narasumber seminar kebudayaan Betawi di era 4.0 yang berlangsung di Aula Kantor Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (19/1) pagi.
Seminar kebudayaan yang diinisiasi salah satu lembaga swadaya masyarakat tersebut diikuti puluhan pengelola RPTRA se- kecamatan Kembangan, karang taruna, dan FKDM. Tema seminar adalah Menjaga, mencintai atau punah.
Beky melanjutkan, Pemprov DKI Jakarta telah mengeluarkan kebijakan melalui Instruksi Gubernur no 45 tahun 2020 tentang pengembangan ekosistem berkesenian. Kebijakan ini mengatur kegiatan berkesenian hingga tingkat kelurahan.
"Pemerintah menyiapkan ruang ketiga, karena itu harus dioptimalkan untuk beragam kegiatan masyarakat. Dalam ingub tersebut, diperintahkan seluruh aparatur sipil negara dari provinsi hingga kelurahan mengadakan kegiatan pelatihan, pembinaan dan lomba kesenian bekerjasama dengan pengurus RT, RW, PKK, FKDM, dan sebagainya" ujarnya.
Sementara, Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat, Ahmad Syaropi mengatakan bahwa kegiatan seminar ini diinisiasi oleh salah satu lembaga swadaya masyarakat. Seminar diikuti para pengelola RPTRA se-kecamatan Kembangan, karang taruna, dan FKDM. Seminar kebudayaan betawi di era 4.0 mengambil tema, "menjaga, mencintai atau punah".
"Apapun gagasan mereka, saya apresiasi. Cuma judulnya agak berat seperti seminar di Boston Harvard University, soal revolusi industri 4.0. Bila konteks sosial, sudah sampai 5.0," tuturnya.
Ia berharap, para peserta dapat mengikuti dan memahami seminar yang menghadirkan sejumlah narasumber yakni Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi, Beky Mardani, akademisi Fakultas Ilmu Komunikasi Univiversitas Mercu Buana, Ridho Azlam Ambo Asse serta moderator Adhe Riatin. (why)