Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Jakarta Barat menggelar Familiarization Trip (Fam Trip) untuk menegnalkan destinasi wisata dengan menelusuri tiga museum di Kota Tjua, Taman Sari, Jakarta Barat.
Bus ketiga yang ditumpangi para Duta Genre (Generasi Berencana), Forum Anak, dan perwakilan Abang None Tahun 2025, tiba di kawasan Kota Tua. Dengan tujuan mengenal tiga objek wisata bersejarah, yakni Museum Seni rupa dan Keramik, Museum Sejarah Jakarta (Fatahillah) dan Museum Wayang.
Kepala Seksi Pemasaran dan Atraksi Sudis Parekraf Jakbar, Gun Gun Mujiantara mengatakan Fam Trip wisata diawali dari Musem Seni Rupa dan Keramik di Kawasan Kota Tua, Taman Sari.
"Bus ketiga beda dengan dua bus pertama dan kedua. Tujuannya, Museum Seni Rupa dan Keramik, Sejarah Jakarta (Fatahillah), dan Wayang," ujarnya sembari menyambut kedatangan rombongan pada pukul 09.45 WIB.
Setibanya di depan museum, rombongan disambut seorang pemandu, Ahmad. Tugasnya menyampaikan informasi yang akurat dan terstruktur terkait koleksi benda-benda yang berada di Museum Seni Rupa dan Keramik. Ahmad menyampaikan terkait sejarah berdirinya museum tersebut.
"Gedung ini dibangun pada tahun 1866, atas rekomendasi Raja Willem III, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Pieter Miejer. Sampai tahun 1870, gedung dipakai sebagai tempat peradilan tinggi Belanda (Raad Van Justitie). Kemudian, tahun 1942, bangunan berubah fungsi. Yang semula gedung peradilan tinggi Belanda diubah menjadi asrama mileter Belanda," ujarnya.
Pada tahun 1950, lanjut Ahmad, gedung dipakai buat gudang penyimpanan senjata oleh tentara Indonesia. Tahun 1970, gedung sempat difungsikan sebagai kantor wali kota Jakarta Barat. Hingga tahun 1990, gedung diresmikan sebagai museum seni rupa dan Keramik. Ahmad juga menyampaikan koleksi seni rupa dan keramik yang terdapat di museum itu.
"Ada ribuan koleksi seni dan keramik yang tersimpan di museum. 500-an diantara karya seni rupa dari berbagai bahan dan teknik yang berbeda seperti patung, totem kayu, grafis, sketsa hingga batik lukis, " ujarnya.
Tapi, lanjut Ahmad, salah satu koleksi unggulan dan amat penting bagi sejarah seni rupa di Indonesia, adalah "Bupati Cianjur" karya Raden Saleh. Lukisan ini dibuat pada tahun 1852.
"Lukisan Raden Adipati Kusumaningrat yang dilukis pada 1852, ini membawa pesan nasionalis dan jiwa kepemimpinan yang tercermin pada goresan-goresan car warna cokelat, tanah dan frame/figura berbentuk elips (lingkaran). Pesan yang tersampaikan adalah bupati ini seorang pemimpin/adipati yang besar, kokoh kuat dan sebagai pemimpin yang merakyat," jelasnya.
Selain lukisan karya Raden Saleh, koleksi unggulan lainnya adalah lukisan berjudul 'Ibu Menyusui' karya Dullah, 'Seiko' karya S.Sudjojono dan 'Potret Diri' karya Affandi.
Museum juga mengoleksi keramik dari sejumlah daerah di Indonesia dan mancanegara seperti keramik dari China, Thailand, Vietnam, Jepang dan Eropa dari abad 16 hingga awal abad 20.
Sekira 30 menit menjelajahi Museum Seni Rupa dan Keramik, rombongan Fam Trip wisata Jakbar beranjak menuju Museum Sejarah Jakarta (Fatahillah). Lokasinya berdekatan dan menjadi ikon kawasan Kota Tua.
Di tempat ini, rombongan disambut Suprapta, sebagai pemandu wisata Museum Sejarah Jakarta. Ia pun langsung menyampaikan informasi asal muasal dan koleksi sejarah yang berada di Museum Sejarah Jakarta.
"Pada awalnya, gedung ini selesai dibangun pada masa Gubernur Hindia Belanda, Abraham Van Riebeek pada 10 Juli 1710. Gedung itu dipakai sebagai Balai Kota-nya orang Belanda di Batavia," jelasnya.
Setelah Belanda tak lagi berkuasa, gedung ini tidak lagi difungsikan sebagai Balai Kota. Pemerintah mengalihfungsikan menjadi museum untuk melestarikan sejarah Kota Jakarta.
Suprapta menjelaskan, Museum Sejarah Jakarta, menyimpan koleksi bersejarah, diantaranya peta lama, keramik, hingga berbagai peninggalan penting zaman masa kerajaan, kolonial Belanda hingga periode kemerdekaan.
Salah satu peninggalan yang bikin peserta Fam Trip wisata Jakarta Barat, terasa berkesan adalah sejumlah koleksi furnitur berupa lemari dan meja. "Di sini ada koleksi meja dengan diameter 2,25 meter. Terbuat dari satu kayu utuh tanpa sambungan. Kalo dilihat mejanya biasa saja, tapi kalo ditilik ke belakang, abad 17, tentu pekerjaan yang sulit membuat meja dari gelondongan kayu sebesar ini," jelasnya.
Suprapta menjelaskan, meja ini digunakan oleh para anggota dewan peradilan untuk memutuskan hukuman yang pantas dijatuhkan para tahanan.
Dari Museum Sejarah Jakarta, rombongan Fam Trip Wisata Jakbar melanjutkan destinasi wisata menuju Museum Wayang. Lokasinya juga berdekatan.
Menurut Suprapta, Museum Wayang dulunya adalah bangunan gereja yang dibangun pada masa kekuasaan VOC tahun 1640. Namun, gempa bumi di tahun 1808 menghancurkan bangunan gereja. Dan, pada tahun 1912, berdiri bangunan baru untuk gudang perusahaan Geo Wehry yang didirikan pada tahun 1912 sampai tahun 1939.
Kemudian, pada 13 Agustus 1975 gedung diresmikan sebagai Museum Wayang oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.
Museum Wayang memamerikan berbagai macam jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu atau kulit maupun bahan-bahan lainnya. Koleksi boneka mencangkup Unyil dan teman-temannya.
Koleksi wayang tak hanya dari Jawa, tapi juga wayang kulit dari Palembang bernama Rama Wijaya, Dewi Sinta dan Wibisana.
Selain itu, Museum Wayang juga dilengakpi teknologi imersif dan teknologi informasi baru. Peserta Fam Trip wisata Jakarta Barat bisa menikmati pengalaman teknologi tinggi seperti hologram dan permainan interaktif serta foto kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkan mereka memasukkan wajah ke dalam suasana masa lalu.
Kegiatan Fam Trip Wisata Jakarta Barat diakhiri dengan menikmati wisata Lightung Art Kota Tua. Tempat ini menggabungkan seni cahaya dan spot foto kekiniain.
Dari nformasi yang diproleh, ada 23 ruangan tematik dengan cahaya estetika, seperti ruang bunga dan kupu-kupu, lampion, ruang langit dan sebagainya. Pada beberapa ruang, terdapat properti yang bisa digunakan untuk menunjang foto Anda. Tidak hanya keluarga rombongan anak muda juga memenuhi tempat wisata ini. (why)




