Tiga kawasan di wilayah Jakarta Barat menjadi pilot area penanggulangan penurunan tanah Japan International Cooperation Agency (JICA). Ketiga kawasan tersebut adalah Cengkareng Timur (Malibu estate), Rusun Pesakih Daan Mogot dan Mall Taman Anggrek, Grogol Petamburan.
"Mereka akan membuat rencana aksi (action plan) pada tiga kawasan pilot area penanggulangan penurunan tanah di Jakarta Barat," ujar Fredi Setiawan, Asisten Ekbang seusai pertemuan dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) di kantor Walikota Jakarta Barat, Rabu (20/11).
Menurutnya, mereka (JICA) telah mem-plotting ketiga area tersebut untuk penanggulangan penurunan tanah. Namun, perlu adanya pengkajian lebih mendalam, terutama keinginan mereka menerapkan teknologinya.
Dalam pertemuan itu, JICA memaparkan sejumlah usulan dalam menanggulangi penurunan tanah. "Ada sejumlah usulan yakni pembuatan fasilitas penampungan air hujan dan tambahan kapasitas tampungan waduk," ujarnya.
Terkait tiga kawasan itu, Fredi meminta agar JICA melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, seperti pengembang, pengelola mall, Sudis Perindustrian dan Energi, kecamatan dan kelurahan.
"Mereka butuh lahan untuk pembuatan teknologi penampungan air hujan. Tentunya ini perlu pengkajian lebih dalam dan koordinasi dengan banyak pihak, seperti pengembang, pengelola mall, dan Sudis PE, termasuk kelurahan dan kecamatan," papar Fredi.
Sebelumnya,Ketua Kelompok Kerja (pokja) Sosialisasi JICA, Teppei Tsurubuchi mempresentasikan sejumlah kawasan di Jakarta yang mengalami penurunan tanah. Tiga kawasan di Jakarta Barat, yakni Cengkareng Timur (Malibu estate), Rusun Pesakih Daan Mogot dan Grogol Petamburan (Mall Taman Anggrek) akan dijadikan rencana aksi penanggulangan penurunan tanah.
Dari hasil pemantauan mereka, kawasan Cengkareng Timur (Malibu Estate) dinilai berhasil mengatasi masalah penurunan tanah. "Dari tahun 2007-2010, terjadi penurunan tanah di kawasan Cengkareng Timur (Malibu Estate). Namun itu tidak lagi mengalami penurunan tanah dari tahun 2014-2018. Ini contoh yang bagus. Kami ingin menjadikan ini sebagai keberhasilan berhentinya penurunan tanah," ujar Teppei.
Menurutnya, penurunan tanah di kawasan Cengkareng Timur disebabkan adanya suplai air dari Palyja pada tahun 2010. Dengan begitu pengambilan air tanah berhenti. (why)
20 Mei 2024