Komunitas Satoe Atap, komunitas sosial yang baru berdiri sejak 9 September 2024, menghadirkan program les bahasa Inggris gratis di RPTRA Kecapi 72. Program ini resmi dimulai pada 14 Oktober 2024 dan saat ini telah berjalan hampir satu tahun dengan antusiasme tinggi dari murid maupun masyarakat sekitar. Senin (22/9)
Program ini dibagi menjadi dua kelas: kelas Senin untuk anak-anak SD (kelas 2–6) dan kelas Sabtu untuk dewasa (SMP hingga SMA). Pembelajaran berlangsung selama 3 tahun, dengan tiga level pembelajaran, dan sepenuhnya gratis bagi peserta. Anak-anak hanya perlu membawa alat tulis dan mengikuti aturan yang ada, sementara buku panduan disediakan oleh tim Komunitas Satoe Atap.
Program ini diajar oleh dua pengajar, yaitu Miss Risma Ningsih untuk kelas Senin dan Mr Anrivere Muhammad Azka S untuk kelas Sabtu. Selain itu, ada tim pendamping 12 ibu rumah tangga yang secara sukarela mendampingi setiap sesi belajar. Tim piket ini bertugas untuk membantu dan mengawasi anak-anak agar pembelajaran berjalan lancar. Setiap sesi didampingi 3 orang secara bergantian.
Jumlah murid saat ini sekitar 29 murid di kelas Senin dan 25 murid di kelas Sabtu, dengan peserta berasal dari lingkungan sekitar RPTRA maupun dari luar wilayah. Agar pembelajaran efektif, setiap murid wajib mematuhi peraturan seperti tidak bolos lebih dari tiga kali, datang tepat waktu, dan menjaga kebersihan. Pelanggaran dapat berakibat murid dikeluarkan dari program.
Menurut Ibu Sri Rahmawati, sebagai pendiri Komunitas Satoe Atap, program ini lahir dari kolaborasi dengan Ibu RT 5 dan 6, yang dikenal aktif dan konsisten dalam berbagai kegiatan sosial. “Kami sepakat untuk membuat program les bahasa inggris gratis di lingkungan sekitar. Tujuan kami sederhana: memberikan kesempatan belajar bahasa Inggris tanpa biaya agar anak-anak dapat berkembang dan berani bersaing di masa depan,” ujarnya.
Program ini sepenuhnya dibiayai oleh tim Komunitas Satoe Atap, tanpa donasi dari pihak luar. Namun, komunitas tetap terbuka bagi siapa saja yang ingin membantu, baik berupa dana maupun alat tulis. Selain itu, komunitas juga memiliki 14 volunteer mahasiswa yang siap terlibat ketika program berkembang ke kegiatan sosial lain.
Miss Risma Ningsih, pengajar kelas Senin, menambahkan, “Kami menekankan pembelajaran praktis dan menyenangkan, sering menggabungkan metode lagu agar anak-anak lebih mudah menyerap materi. Harapan kami, anak-anak terbiasa dengan bahasa internasional dan siap menghadapi dunia luar sambil tetap menguatkan nilai-nilai Islam.”
Hingga saat ini, respon orang tua sangat positif, karena anak-anak dapat terbantu dalam pelajaran sekolah dan pekerjaan rumah (PR). Les dilaksanakan sekali seminggu, durasi 90 menit, dengan fokus pada kedisiplinan, ketekunan, dan keberanian anak-anak dalam belajar.
Komunitas Satoe Atap berharap program ini terus berkembang dan menjadi kegiatan sosial yang bermanfaat bagi generasi penerus di lingkungan RT 5 dan RT 6, sambil memupuk kecintaan anak-anak terhadap pendidikan.