Sejumlah emak-emak membawa sampah berkumpul di Warung Mpokumi, Bank Sampah Kelurahan Tangki, yang berada di samping kantor kelurahan. Mereka menukarkan sampah yang telah dipilah dengan kebutuhan pangan atau sembako.
Sekretaris Kelurahan Tangki, Nurhayati mengatakan, aktivitas warga menukarkan sampah dengan sembako sudah berlangsung sejak awal tahun. Mereka membawa sampah yang telah dipilah dari rumah. Sampah anorganik yang dikumpulkan umumnya botol plastik minuman air mineral. Tapi, ada juga sampah kardus, kertas, botol, kaleng dan lainnya.
"Paling dominan botol plastik air mineral yang memiliki nilai ekonomis paling tinggi," tuturnya disamping Kasie Ekbang Kelurahan Tangki, Umi Barkah, saat dikonfirmasi Jumat (8/11).
Lebih lanjut Nurhayati menuturkan, setiap sampah yang telah dipilah terlebih dahulu ditimbang sebelum ditukarkan sembako di Warung Mpokumi. Tapi, ada juga warga yang memilih uang hasil penukaran sampah untuk ditabung.
"Misalnya, warga dapat uang Rp 17 ribu dari hasil penjualan sampah. Kemudian ditukarkan dengan bahan pangan atau sembako senilai uang tersebut, seperti mie instan, kopi sachet, saos atau lainnya. Tapi ada juga ditabung," ujarnya.
Selain pemilihan sampah, bank sampah Warung Mpokumi juga menerima sedekah sampah dari masyarakat. Biasanya, sampah residu, jenis sampah yang tidak bisa didaur ulang.
"Kami menerima sedekah sampah, seperti plastik merek botol air mineral. Nanti kita manfaatkan untuk membuat eco brick pada program penataan kawasan," ujar Nurhayati.
Sementara itu, Dahlia (35) warga RW 02 Kelurahan Tangki, mengaku rutin melakukan pemilahan sampah setiap hari. Jenis sampah yang dipilah umumnya bekas botol air mineral.
"Lumayan pak, dalam sebulan bisa terkumpul sampah botol air mineral sebanyak 10-12 kg. Kalau sudah banyak, saya jual ke bank sampah Mpokumi. Dan, uangnya sebagian ditukarkan dengan dua bungkus mie instan, dan sisanya ditabung," ujarnya. (why)