Wakil Wali Kota Jakarta Barat, M. Zen bersama para pejabat
di lingkungan Pemkot Jakarta Barat melakukan ziarah di Makam Pangeran
Wijayakusuma, di Kampung Gusti RT 04/5, Tubagus Angke, Grogol Petamburan, Senin
(17/6)pagi. Ziarah ke taman makam
pahlawan ini sudah menjadi tradisi menjelang HUT ke-492 Kota Jakarta.
Ziarah diawali dengan penghormatan serta pembacaan sejarah
singkat Pangeran Wijayakusuma, seorang pangeran dari Kesultanan Banten yang
membantu pemerintahan Pangeran Jayakarta Wijayakrama.
Setelah itu, dilakukan pembacaan doa dan tabur bunga di atas
pusara makam Pangeran Wijakusuma. Wakil Walikota Jakarta Barat bersama para
asisten, dan sejumlah pejabat secara bergantian melakukan tabur bunga. “Kami berziarah karena makam ini memiliki nilai sejarah dan
edukasi buat generasi muda,†ujar M. Zen, Wakil Wali Kota Jakbar, usai
berziarah.
Menurut M. Zen, ziarah di Taman Makam Pahlwan Pangeran
Wijayakusuma, ini rutin dilaksanakan setiap tahun, tepatnya menjelang HUT Kota
Jakarta. Kegiatan serupa juga dilakukan pada sejumlah makam pahlawan lainnya,
seperti di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, dan TPU Karet Bivak,
Jakarta Pusat.
Di ketahui Pangeran Wijayakusuma merupakan penasehat dan
panglima perang Pangeran Jayakarta yang berjuang melawan VOC pada abad 17. Nama
Wijayakusuma diambil dari bahasa Jawa. Wijaya berarti kemenangan dan kusuma,
artinya Kembang. Sehingga diartikan, Kembang Kemenangan.
Riwayat Pangeran Wijayaksuma, sampai saat ini, belum ada
keterangan pasti. Namun, menurut catatan Sudis Pariwisata dan Kebudayaan,
Pangeran Wijayakusuma adalah Pangeran dari Banten yang datang pada saat
Jayakarta, dibawah kekuasaan, Wijayakrama, atas perintah Sultan Banten, Maulana
Yusuf.
Penugasan Wijayakusuma ini terkait isu Pangeran Jayakarta,
bahwa Wijayakrama telah bekerja sama dengan Belanda dalam pengelolaan tanah.
Kemudian atas perintah Sultan Banten, Maulana Yusuf, Wijayakrama ditarik
kembali ke Banten.
Posisi Pangeran Jayakarta, Wijayakrama, digantikan oleh
putranya, Pangeran Ahmad Jakerta. Namun karena usianya masih dianggap terlalu
muda untuk mengatur roda pemerintahan, ia selalu didampingi Pangeran
Wijayakusuma meski saat itu perselisihan antara Belanda dengan pemerintah yang
dipimpin oleh Pangeran Ahmad Jakerta terus berlangsung.
Mengingat usia Pangeran Wijaya Kusuma sudah semakin lanjut,
ia tidak dapat lagi mendampingi Pangeran Ahmad Jakerta secara langsung, hingga
akhirnya Pangeran Wijayakusuma memisahkan diri dan mundur ke arah barat ke
daerah Jelambar hingga wafat dan dimakamkan di daerah yang sekarang dikenal
sebagai makam Pangeran Wijayakusuma yang berada di Kampung Gusti, Jelambar,
Jakarta Barat. (why)
20 Mei 2024