Peran juru pemantau jentik (jumantik) dalam penanggulangan wabah demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Jakarta Barat diminta lebih optimal.
"Saya minta maksimalkan peran jumantik. Karena pemerintah telah memberikan honor buat petugas jumantik," ujar Wali Kota Jakarta Barat HM Anas Efendi, saat Rapim tingkat kota, di ruang pola kantor wali kota, Selasa(22/11). Hadir Wakil Wali Kota M Zen, para asisten, pimpinan SKPD/UKPD, camat dan lurah.
Lebih lanjut dijelaskan, tugas Jumantik tidak hanya sekadar melakukan pengcekan, tapi juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat terhadap penanggulangan penyakit DBD di wilayah masing masing.
Sebelumnya, Asisten Kesejahteraan Rakyat (Askesra) Jakbar, HM M Andi, mengungkapkan wilayah Jakarta Barat menduduki peringkat kedua kasus DBD se DKI di bulan November 2016. Disebutkan, untuk bulan November kasus DBD di Jakbar sekitar 159 kasus. Sedang wilayah Jaktim menduduki peringkat pertama dengan 177 kasus.
Untuk wilayah Jakarta Barat, kasus DBB tertinggi masing masing diduduki wilayah Kecamatan Cengkareng 54 kasus, Kalideres 34 kasus, dan Kebon Jeruk 19 kasus. "Tiga wilayah tertinggi angka kasus DBD adalah Cengkareng, Kalideres dan Kebon Jeruk," sebutnya.
Menanggapi hal tersebut, Kasudin Kesehatan Jakbar, Dewi Satiasari, menjelaskan kasus DBD tertinggi Jakarta Barat itu terjadi pada bulan November 2016. Untuk mengantisipasi tingginya kasus DBD, pihaknya akan mengintensifkan peran dan tugas jumantik pada masing masing wilayah. Selain itu, peran jumantik mandiri sangat berpengaruh untuk menanggulangi penyakit DBD.
"Sebenarnya, tugas jumantik sudah benar. Namun, mengingat terbatasnya tenaga, maka perlu adanya jumantik dalam menanggulangi penyakit DBD," ujarnya. Ia menambahkan, Jumantik tidak hanya fokus mengamati dan memantau jentik pada tiap rumah. Tapi, mereka juga harus melakukan pemantauan pada lingkungan sekitar lainnya, seperti sekolah, perkantoran dan sebagainya. (why/aji)