Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Kristi Watini membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Konvergensi Aksi 5 Pembinaan Kader Pembangunan Manusia terkait pencegahan dan penurunan stunting Jakarta Barat di Hotel Pullman, Tanjung Duren, Rabu (10/3).
"Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)," ujar Kristi dalam sambutannya.
Menurutnya, dampak stunting dan segala bentuk masalah gizi berpotensi mengurangi 2-3% produk domestik bruto setiap tahun. Itu setara dengan Jakarta Barat kehilangan 6,3 triliun/tahun. Sementara APBD Jakarta Barat hanya sekitar 2,2 triliun. Data diambil dari sumber Wolrd Bank Tahun 2014.
Melihat data itu, lanjut Kristi Watini, dapat dibayangkan negara akan mengalami penurunan produktivitas bila masalah stunting tidak ditangani secara komprehensif.
"Penanganan masalah stunting harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama sinergi meningkatkan pola hidup dan budaya sehat masyarakat serta menciptakan lingkungan yang berketahanan, baik ekonomi, sarana prasarana kota serta permukiman dan ketahanan pangan," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Kristi memastikan bahwa semua program intervensi baik spesifik (bidang kesehatan) yang berkontribusi 30% dan intervensi sensitif (diluar kesehatan) yang berkontribusi 70%, dapat langsung diakses oleh sasaran prioritas yakni rumah tangga 1000 HPK.
Rakor Konvergensi Aksi 5 Pembinaan Kader Pembangunan Manusia terkait pencegahan dan penurunan stunting Jakarta Barat diisi penyampaian materi oleh sejumlah narasumber, diantaranya, Eli Kusnaeli, Direktur Pemberdayaan Ekonomi Keluarga BKKBN, Plt Kepala Sudis PPAPP Jakarta Barat, Rizki Hamid, dan TP PKK kelurahan. (why)
20 Mei 2024