Hingga kini ada lima gedung fasilitas sosial berupa sekolah yang sudah diamati untuk pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tahun ini.
Menurut Kepala Seksi Energi Suku Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi (Sudinakertrans) Jakarta Barat, Angga Septian, dari lima sekolah tersebut, hanya dua yang akan dipasang PLTS.
“Dari lima sekolah, ada dua yang rencananya akan dipasang PLTS tahun ini,” sebutnya saat dihubungi wartawan, Rabu (8/3). Namun ia tidak menyebut dua sekolah dimaksud.
Lebih lanjut dijelaskan, ada beberapa syarat atau ketentuan yang harus dipenuhi untuk pemasangan PLTS di gedung/bangunan fasilitas sosial itu.
"Ada karakteristiknya khususnya di DKI," ujarnya. Salah satu syarat karakteristik bengunan gedung yakni tidak boleh berada di antara dua bangunan yang lebih tinggi.
Ketentuan ini diharuskan agar sinar matahari bisa mengenai gedung sehingga sinarnya bisa terserap panel surya. Selain itu, atap gedung menghadap ke utara agar sesuai dengan garis khatulistiwa yang melintasi wilayah DKI.
"Kita profilingnya lebih cenderung kepada atap yang mengarah ke utara atau selatan, tapi dioptimalkan ke arah utara karena kita ada di selatan khatulistiwa," jelas Angga.
Untuk diketahui, program penerapan PLTS di fasilitas sosial telah dilakukan pada 2019 lalu. Namun sempat terhenti karena Covid-19 pada 2020 dan 2021. Program tersebut dilanjutkan kembali pada tahun 2022 dan 2023.
Total ada sepuluh fasilitas sosial di Jakarta Barat yang sudah menerapkan penggunaan PLTS, di antaranya, SMPN 201, SMPN 224, SMPN 22, SMPN 88, SMPN 190, SMPN 54 dan Puskesmas Kembangan.
"Beberapa SDN di kawasan Cengkareng ada juga yang sudah menerapkan PLTS," ungkap Angga.
Pihaknya menilai sekolah merupakan sarana yang tepat untuk mengajarkan anak-anak dan warga sekitar tentang pemanfaatan PLTS. Melalui pemberian pengetahuan sejak dini tentang PLTS, diharapkan di masa depan masyarakat dapat menerapkan manfaat tenaga surya untuk aktivitas sehari-hari. (Aji)