Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Lies Dwi Oktavia menjelaskan lonjakan kasus DBD di wilayah Jakarta cukup tinggi pada bulan Maret - Mei 2024. Bahkan, hingga bulan September, tercatat sebanyak 12.000 kasus DBD.
Dikatakan Lies Dwi Oktavia, pelepasan nyamuk ber-wolbachia menjadi salah satu inovasi yang dilakukan dinas kesehatan, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1341 Tahun 2022 tentang penyelenggaraan implementasi wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.
"Wilayah Jakarta Barat dipilih sebagai wilayah pertama penyebaran nyamuk ber-wolbachia mengingat tingginya kasus DBD dibandingkan dengan wilayah lainnya di Jakarta," ujarnya saat meninjau lokasi launching program penyebaran/pelepasan nyamuk ber-wolbachia di RW 07 Kelurahan Kembangan Utara, Rabu (2/10).
Lebih lanjut Lies Dwi Oktavia menjelaskan, pihaknya telah menentukan sejumlah titik Orang Tua Asuh (OTA) yakni rumah-rumah warga yang dititipkan ember berisi telur-telur nyamuk ber-wolbachia. Proses penetasan telur nyamuk tersebut berjalan kurang lebih selama dua minggu. Setelah itu, OTA akan diberikan kembali ember berisi telur nyamuk ber-wolbachia. Ini terus menerus selama enam bulan.
"Siklus kehidupan nyamuk, mulai dari telur, jentik-jentik nyamuk hingga dewasa. Kemudian nyamuk dewasa berkembang biak dan bertelur," tuturnya.
Saat berkembang biak tersebut, lanjut Lies, nyamuk jantan ber-wolbachia kawin dengan nyamuk betina lokal maka telurnya tidak menetas/mandul. Tapi, nyamuk jantan lokal kawin dengan betina ber-wolbachia maka telurnya menetas dan menjadi nyamuk ber wolbachia.
"Wolbachia menghalangi virus dengue berkembang biak di tubuh nyamuk, Sehingga nyamuk tidak dapat menularkan virus meskipun menggigit manusia," tambahnya. (why)