Warga kolong tol Jalan Inspeksi Banjir Kanal Barat (BKB) Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat, mendadak heboh. Mereka tak menyangka didatangi Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait, Jumat (29/11) malam.
Sundaya (67) warga kolong tol merasa senang dan berterimakasih karena bisa bertemu langsung dengan salah satu pembantu Presiden Prabowo Subianto.
"Alhamdulillah. Terimakasih kepada pak menteri dan Presiden Prabowo karena telah diperhatiin datang ke sini. Meski tak bisa bertemu, salam buat pak (Presiden) Prabowo. Sekali lagi, Saya ucapkan terimakasih atas perhatian sama rakyat kecil," ujarnya.
Rasa terimakasih Sundaya bersama warga kolong tol lainnya cukup beralasan. Karena sebagian dari mereka, khususnya ber KTP DKI, akan direlokasi ke Rumah Susun Rawa Buaya, Cengkareng Jakarta Barat.
Sundaya berharap, adanya perubahan dalam kehidupan setelah pindah ke rumah susun. Karena bisa hidup tenang dan nyaman tinggal di hunian layak.
"Sudah tiga tahun tinggal di kolong tol. Saya berharap nanti adanya perubahan, bukan buat saya sendiri, tapi untuk kawan-kawan yang turut mendapat perhatian khusus dari pemerintah," jelas nenek yang mengaku memiliki KTP DKI dan sudah tinggal di kolong tol selama 3 tahun.
Meski begitu, dirinya belum mengetahui harus pindah kemana. Namun, sejumlah warga kolong tol lainnya telah mendapatkan kepastian untuk pindah di Rusun Rawa Buaya.
"Saya belum tahu pindah ke rusun mana, tapi teman-teman di sini dapat rusun di Rawa Buaya. Saya tidak mau kalo dapat rusun yang jauh, maunya di wilayah sini (Jakbar)," tambahnya.
Berbeda dengan Aceng (68) warga kolong tol pendek Jalan Inspeksi BKB, Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat. Kakek yang memiliki 6 cucu dan 4 cicit, ini hanya bisa pasrah bila harus direlokasi ke rumah susun.
"Saya tinggal di sini sebelum jalan tol ini ada. Sekitar tahun 1973. Di sini dulu perkampungan, orangtua juga tinggal di sini. Kalo mau direlokasi, saya pasrah saja," ujar nya saat menceritakan pengalaman tinggal di kolong tol.
Bersama keluarga, Aceng telah didata pemerintah DKI Jakarta untuk mendapatkan rumah susun Daan Mogot.
"Sejujurnya, saya tak ingin tinggal di tempat ini, tapi kalo pindah ke rusun itu kan pasti ada biayanya. Buat makan sehari-hari saja susah, terus gimana saya mau bayar sewanya," keluh Aceng yang ber KTP DKI Jakarta.
Meski begitu, Aceng berharap pemerintah bisa menjamin kehidupan warga tak mampu ini. Minimal, bisa membantu untuk kebutuhan makan dan minum.
"Mudah-mudahan ada perhatian dari pemerintah setelah pindah ke rumah susun," tambahnya. (why)