Dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, penderita penyakit demam berdarah di Jakarta Barat mencapai 366 kasus. Akumulasi jumlah tersebut mengalami kenaikan setiap bulan. Sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan agar menekan angka kasusnya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Arum Ambarsari mengatakan, data kasus itu merupakan akumulasi sejak Desember 2021, Januari dan Februari 2022. Sejak Desember 2021, hingga Januari 2022, angka kasus demam berdarah mengalami peningkatan yakni dari 122 kasus menjadi 198 kasus. Kemudian bulan februari, mengalami penurunan, 46 kasus.
"Capaian kasus di Januari itu menjadi yang tertinggi jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya di bulan yang sama," ujar Arum.
Ia menyebutkan, pada Januari 2020 kasus DBD hanya berada di angka 69 dan Januari 2021 hanya 10 kasus. "Memang harus diakui ada peningkatan kasus selama musim hujan ini," tutur Arum.
Melihat kasus DBD, Sudis kesehatan Jakarta Barat, sedang meningkatkan kinerja anggota Juru Pemantik (Jumantik) pada masing-masing kelurahan dalam upaya mencegah penyakit demam berdarah.
Sudis Kesehatan Jakarta Barat juga melatih para kader jumantik untuk melakukan tindakan cepat bilamana ada warga yang terkena demam berdarah. Langkah awal yang dilakukan adalah penyelidikan epidemologi.
"Penyelidikan epidemiologi, kita datang ke lokasi dan kita lihat radius dari 100 meter dari rumah tersebut, apakah ada warga lain yang mengalami demam yang sama," kata Arum.
Jika sudah ada penyebaran, warga tersebut akan mendapatkan penanganan medis dan petugas akan melakukan pengasapan di wilayah tersebut.
Hal tersebut dilakukan untuk memangkas keberadaan nyamuk aedes aegypti sehingga jumlah kasus demam berdarah dapat ditekan. Nyamuk ini yang membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. (why)