Dalam rangka menyambut kedatangan bulan suci ramadhan, Lurah kamal bersama Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jakarta Barat ziarahi makam KH. Ahmad Gaos di Komplek Pemakaman Keluarga Abuya H. Muslim yang beralamat di Jl. Masjid Jami Al-Falah, RT 03 RW 01, Kel. Kamal, Kec. Kalideres, Rabu (5/2) sore hari.
Lurah Kamal, Edi Sukarya, menyampaikan bahwa ziarah yang dilakukannya bertujuan untuk menyambut kedatangan bulan suci ramadhan dan memberikan informasi bagi masyarakat untuk mengenal lebih jauh sosok KH. Ahmad Gaos yang dihormati sebagai Lurah Kamal pertama. Ia menekankan bahwa tokoh tersebut layak dihargai, dijadikan contoh, dan diteladani. Tokoh kharismatik tersebut juga dikenal sebagai figur yang berhasil membina masyarakat.
"Almarhum KH. Ahmad Gaos merupakan salah satu lurah yang paling terkemuka di wilayah Kelurahan Kamal dan Jakarta Barat sebagai tokoh masyarakat yang disegani," ujarnya.
Edy, berharap agar makam tersebut benar-benar dijaga dan dilestarikan. Menurutnya, penting bagi masyarakat untuk mengetahui bahwa di tempat itu terdapat makam seorang tokoh masyarakat dan tokoh agama di wilayah Kelurahan Kamal. Ia juga menekankan bahwa sebagai seorang pemimpin, siapa pun harus mempelajari wilayah yang dipimpinnya, termasuk keberadaan tokoh masyarakat dan ulamanya. Dengan memahami hal tersebut, seorang pemimpin akan lebih mengenal karakteristik masyarakatnya secara mendalam.
"Mudah-mudahan sekali lagi apa yg sudah beliau sumbangkan dharma baktinya untuk negara terutama untuk kampung kamal ini bermanfaat dan Kelurahan Kamal menjadi wilayah yang terus berkembang," tutupnya.
Sementara itu, Katib Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jakarta Barat, KH. Ahmad Suhaeri Gaos, membenarkan bahwa KH. Ahmad Gaos menjabat sebagai Lurah Kamal pertama sekitar tahun 1956-1971. Ia terpilih melalui sistem pemilihan umum oleh masyarakat yang memilihnya secara langsung. Pada masa kepemimpinannya, wilayah Kelurahan Kamal secara administratif mencakup Kamal Muara dan Kamal Barat, Kecamatan Cengkareng. Selain itu, ia juga merupakan ulama yang turut serta membesarkan pengaruh Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta khususnya Jakarta Barat.
"Pada saat itu beliau diminta oleh masyarakat untuk menjadi lurah karena situasi wilayah kita masih sangat rawan, daerah kita kan daerah jawara dan daerah perampokan. Pokoknya daerah kita itu merupakan daerah yg sulit diatur kecuali oleh orang yang mempunyai kepemimpinan, keberanian dan talenta," pungkasnya. (Fqh/Kontri)