Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi menargetkan tahun 2025 akan ada sebanyak 153 Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) di wilayah DKI.
“Hari ini sudah ada empat SPPG yang sudah mulai berjalan, dengan 41 titik sekolah. Empat SPPG tersebut sudah bisa melayani kurang lebih sebanyak 12.054 untuk anak-anak sekolah baik SD, SMP dan SMA. Insya Allah sampai akhir Januari ini akan bertambah 13 SPPG. Jadi, nanti akan ada 17 SPPG. Dan diharapkan tahun ini juga kita akan ada 153 SPPG,” sebut Teguh, saat monitoring pendistribusian MBG di Sekolah Barunawati 2, Slipi, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, Senin (6/1).
Lebih lanjut ia mengungkapkan, program MBG tidak hanya menyasar siswa sekolah, melainkan juga ibu hamil, menyusui dan balita. “Program ini bukan hanya siswa sekolah, tapi juga untuk ibu hamil (bumil). Insya Allah untuk di wilayah DKI akan mulai pada tanggal 9 Januari. Ini yang untuk bumil,” ungkap Teguh.
Ia menegaskan, pihaknya mendukung penuh program MBG. “Kami dari Pemerintah Provinsi DKI sebenarnya kita menyupport masalah lokasi, sosialisasi dan edukasi. Bila memungkinkan kami juga bisa menyupport dari sisi untuk masalah kualitas makananya,” tandasnya.
Sementara itu, Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO), Dedek Prayudi, menambahkan program MBG tidak mengenal istilah standar menu makanan tertentu yang akan didistribusikan ke penerima manfaat, melainkan standar gizi.
“Tidak ada standar menu, artinya wajib susu, wajib daging, itu nggak ada. Bahkan pemenuhan karbohidrat bisa saja dengan nasi, kentang, atau sagu dan lainnya. Jadi, di sini tidak ada standar menu, sekali lagi yang ada adalah standar gizi, standar higienitas dan juga standar tatakelola limbah yang berkelanjutan,” jelas Prayudi.
Terkait pendistribusian bagi penerima manfaat bumil, menyusui dan anak-anak balita, lebih lanjut ia menjelaskan program MBG disalurkan melalui dua institusi penyalur. Yakni sekolah-sekolah dan pesantren-pesantren untuk penerima manfaat siswa/pelajar, Posyandu untuk bumil, menyusui dan anak-anak balita.
“Untuk untuk bumil, menyusui dan anak-anak balita distribusinya melalui Posyandu. Jadi, ada dua skema di sini. Ada skema satu, Posyandu mengantarkan makanan tersebut ke rumah-rumah penerima manfaat, dan skema dua ibu-ibu penerima manfaat itu yang datang ke Posyandu,” jelasnya.
Skema dua ini tentu saja tidak bisa dilakukan kepada ibu-ibu yang kehamilannya sudah sangat besar. Karena mobilitasnya kan harus dibatasi. Setelah itu, kader-kader Posyandu yang menjemput tempat makanan tadi dari rumah-rumah. Jadi, program MBG ini juga merupakan satu bagian dari aktivasi besar-besaran Posyandu di seantero negeri di Indonesia,” pungkasnya. (Aji)