Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bisa dilakukan dalam upaya mengatasi
permasalahan gizi di wilayah Jakarta Barat. Kegiatan ini tentunya memerlukan
anggaran cukup besar.
“Bicara makanan tambahan,ini anggarannya cukup besar.
Misalnya, wilayah Kapuk, bisa menganggarkan sekitar Rp 600 juta PMT dalam
setahun. Jauh lebih besar, bila diberikan kepada siswa sekolah, dibawah
naungan Sudin Pendidikan,†ujar Yunus
Burhan, Asisten Administrasi dan Kesejahteraan Rakyat usai membuka Hari Gizi
Nasional ke-59 di Blok B, Kantor Walikota Jakarta Barat, Selasa (12/2)pagi.
Menurutnya, pemberian makanan tambahan ini diprioritaskan
pada siswa sekolah dengan latar belakang keluarga kurang mampu. Ini juga membutuhkan
anggaran tidak sedikit. Diperkirakan bisa mencapai Rp 1 miliar/sekolah.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) menjadi salah satu tindakan
dalam upaya mengatasi 3 permasalahan gizi di wilayah Jakarta Barat. Ketiga
masalah itu adalah gizi kurang, stunting, dan obesitas. Sehingga butuh suatu
gerakan yang melibatkan lintas sektor.
Pemkot Jakarta Barat meyakini mampu mengendalikan ketiga
masalah gizi tersebut. Hal itu terlihat terlihat
prosentase jumlah kasus yang masih rendah. “Kalau prosentasenya, dari 100 ribu warga,
hanya 10 persen mengalami tiga masalah. Ini tidak terlalu besar, masih
bisa dikendalikan. Balita gizi kurang itu bukan berarti kurang gizi, tapi ada
penyakit bawaan yang menyertainya, seperti lahir terkena penyakit paru-paru, jantung, dan
sebagainya. Jadi bukan murni karena masalah gizi. Tapi bila dikategorikan anak,
memang ini balita gizi kurang dibawah garis merah,†jelasnya.
Sementara itu, Kepala Sudis Kesehatan, Weningtyas Purnomo
Rini menjelaskan, peringatan Hari Gizi Nasional ke-59, tingkat kota Jakarta
Barat, difokuskan pada penanganan ketiga masalah tersebut yakni gizi kurang, anak dengan stunting dan obesitas.
Penanganan ketiga masalah itu tidak sepenuhnya menjadi tugas
Sudis Kesehatan, tapi melibatkan lintas sektor seperti Sudis KPKP,Sosial, UKM
dan sebagainya. “Terpenting adalah penanganan
permasalahan gizi. 30 % penanggulangan masalah kesehatan ditangani Sudis kesehatan
dan 70 persen dilaksanakan tim UKPD terkait,â€tuturnya. (why)
20 Mei 2024