Puskesmas Kecamatan Tambora membuat gebrakan dengan meluncurkan aplikasi e-gikur (gizi kurang) di posyandu RW 05, Kelurahan Tanah Sereal Kecamatan Tambora. Aplikasi ini dibuat untuk memantau sekaligus melakukan intervensi bilamana terdapat balita kekurangan gizi atau kurus sekali,
Kepala Puskesmas Kecamatan Tambora, Ahrahayati W, menjelaskan peluncuran aplikasi e-gikur ini merupakan yang pertama di wilayah DKI Jakarta. e-gikur adalah sistem aplikasi laporan dan pengendalian status gizi balita di posyandu. Aplikasi ini akan mendata para balita, mulai dari input, identifikasi masalah balita, dan sebagainya.
"Setiap RW memiliki posyandu. Berarti, ada sekitar 94 posyandu se-Kecamatan Tambora. Melalui aplikasi ini, mereka bertugas melakukan pendataan terhadap balita di posyandu masing-masing. Dari aplikasi ini kita bisa melihat ada sejumlah parameter yang membaca perkembangan balita, bisa dilihat dari umur, berat badan, tinggi badan, dan sebagainya," ujar Ahrahayati, saat launching e-gikur di Posyandu RW 05, Tanah Sereal, kemarin.
Berdasarkan data yang terinput pada aplikasi ini, tim kesehatan Puskesmas di Tambora bisa melakukan intervensi atau tindakan bilamana terdapat balita kekurangan gizi atau kurus sekali. Tim kesehatan akan turun langsung ke lokasi balita yang kekurangan gizi atau kurus sekali. Kemudian, tim melakukan pendataan atau identifikasi ulang balita.
Bila benar ada penyakit yang menyertanya, tim kesehatan akan merawat dan merujuk ke rumah sakit. "Tapi, bila hanya kurang gizi saja, maka balita itu akan dirawat 1-1,5 bulan hingga berat badannya kembali normal, atau tim melihat langsung kondisi balita tersebut," jelasnya. Dari puskesmas kecamatan Tambora, wilayah Tambora terbilang rawan terhadap balita kekurangan gizi. Tahun 2016 tercatat berjumlah 76 kasus. Sedang tahun 2017 tercatat 83 kasus.
Melalui aplikasi ini, dirinya berharap bisa melakukan penanganan atau tindakan kasus balita kekurangan gizi atau kurus sekali. Itu berarti, memangkas waktu kegiatan posyandu. Tim kesehatan bisa langsung melakukan intervensi dalam tempo 1-3 hari. "Saya ingin melihat data balita gizi kurang untuk bisa ditindaklanjuti. Kalo ditangani di posyandu, kami datang langsung. Tapi, bila tidak di posyandu, kita memiliki 10 tim Ketuk Pintu Layani dengan Hati (KLDH) yang bisa menginput data dan tindaklanjutnya," paparnya.
Ia menambahkan aplikasi e-gikur ini dibuat bukan hanya untuk mendata dan mengintervensi balita kurang gizi, tapi juga memiliki data base serta peta gizi kurang atau kurang sekali di wilayah Tambora.
Di tempat yang sama Kasi Kesehatan Masyarakat, Sudis Kesehatan Jakbar, Nita, mengapresiasi peluncuran aplikasi e-gikur di wilayah Tambora. "Mudah-mudahan inovasi ini bisa ditularkan ke wilayah lain. Sehingga, akan bisa diketahui data bayi kurang gizi di suatu wilayah," ujarnya. (why/aji)
20 Mei 2024