Mengantisipasi musibah kebakaran, Pemkot Jakarta Barat terus menggalakan operasi penertiban aliran listrik (opal) serentak di delapan wilayah kecamatan.
Kegiatan yang digelar rutin tiap pekan itu telah berjalan sejak akhir Januari 2019. Opal melibatkan PLN, instansi terkait, kecamatan, kelurahan dan RT/RW. Sasarannya permukiman padat penduduk. Hasilnya angka kasus kebakaran di Jakarta Barat cenderung menurun.
“Penyebab kebakaran paling banyak dari korsleting. Untuk itu, opal terus berlanjut. Tiap hari Rabu, serentak di delapan kecamatan. Kami juga berupaya menurunkan angka kebakaran. Terutama di wilayah Kecamatan Cengkareng dan Tambora yang menjadi titik tertinggi kebakaran,†ujar Sekretaris Kota (Seko) Jakarta Barat H Eldi Andi, Rabu (20/3).
Kasi Ops Sudis Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakbar, Rompis Romlih, mengakui sepanjang tahun 2017-2018 Cengkareng dan Tambora tertinggi kasus kebakaran di Jakarta Barat. “Dua kecamatan itu mendominasi, Cengkareng dan Tambora,†ungkapnya kepada wartawan.
Pihaknya mencatat, pada 2017 terjadi 68 kasus kebakaran di wilayah Cengkareng. Bulan Juli 2018, kebakaran di wilayah Cengkareng mencapai 36 kasus. Sedang di wilayah Tambora sepanjang 2017 terjadi 45 kasus. Sedang hingga Juli 2018, kasus tertinggi kedua terjadi di Kembangan dengan 28 kasus.
Sementara itu Camat Cengkareng, Ahmad Faqih, mengatakan sejak menjabat 25 Februari 2018 lalu, pihaknya fokus menurunkan kasus kebakaran di Cengkareng. Opal terus digalakan di beberapa titik kelurahan di wilayahnya. Sanksi berupa peringatan hingga pemutusan aliran listrik diberikan kepada warga yang terbukti melanggar/ilegal.
Kendati saat ini belum ada yang dikenakan sanksi Pidana. Namun ke depan akan dilakukan bagi mereka yang melakukan pelanggaran berat. Untuk memberikan efek jera. “Kalau belum kapok juga. Kami akan laporkan dengan pidana pencurian listrik,†tandasnya. (Aji)
20 Mei 2024