Sosok wanita ini menjadi pusat perhatian. Kehadirannya mampu menjadi agen perubahan bagi warga Perumahan Mutiara Bogor Raya (MBR) Katulampa, Bogor. Ia mampu "menyulap" gunungan sampah menjadi ladang penghasilan.
Adalah Titin, anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Berkah MBR Katulampa, Bogor, yang mampu mengelola TPST menjadi bermanfaat. Dari sampah, ia bisa budidaya ikan lele, ayam kampung, burung puyuh, serta sayuran.
"Areal seluas kurang lebih 3000 meter ini hanyalah tumpukan sampah. Ketika itu orang bilangnya TPA Galuga mini. Menumpuk menjadi gunungan sampah. Dinas lingkungan Bogor sempat memberikan ultimatim agar tempat pembuangan sampah tersebut ditutup," tutur Titin dihadapan pengurus RW se-Jakarta Barat, saat menceritakan riwayat TPST MBR di akhir tahun 2016.
Mengetahui informasi tersebut, ia bersama 8 wanita lainnya berinisiatif melakukan rapat konsolidasi bersama pengurus TPST yang dianggap gagal dalam mengelola sampah. Gagal bukan lantaran tidak ada aturan, tapi tidak ada pengawasan atau kontrol pengelolaan sampah setiap hari.
"Kita rumuskan bagaimana solusi dari TPST yang sudah menumpuk. Dan, di sini sangat luar biasa kompleksitas masalahnya. Saya dihadapkan dengan orang yang ibaratnya sudah sakaratul maut. Akhirnya kami pelajari. Day by day. Kali pertama yang saya benahi adalah manajemen sumber daya manusia," jelasnya.
Sumber daya manusia yang dimaksud adalah para petugas TPST. Manajemen kerjanya diubah. Sejumlah aturan dibentuk. Mereka wajib mematuhi mulai dari tata tertib, standar operasional prosedur (SOP), sistem penggajian, dan sebagainya.
Aturan-aturan tersebut, lanjut Titin, sifatnya mengikat. Sehingga ada konsekuensi bila tidak mengikuti aturan. "Misalnya, petugas piket. Tugasnya mencatat absensi pekerja yang terlambat. Di sini absennya menggunakan finger print. Ada petugas yang mencatat berapa rit sampah ditarik. Ia catat sampah bernilai ekonomis dan timbang. Petugas kompos, juga sama. Nantinya mereka kita rolling setiap hari," ujarnya.
Secara perlahan tapi pasti, Titin bersama anggota KWT lainnya berhasil mengubah pola kerja yang lebih tertib dan disiplin. Setelah itu baru menerapkan kebijakan-kebijakan Dinas Lingkungan Hidup Bogor terkait pengelolaan sampah.
Sejurus kemudian, Titin bersama anggota KWT Berkah akhirnya mampu "menyulap" gunungan sampah menjadi areal bermanfaat. Mereka memberdayakan diri melalui kegiatan urban farming.
"Alhamdulillah, melalui pengelolaan sampah di sini ada ternak lele, ayam kampung dan burung puyuh serta sayuran. Kita rawat dan memberikan pakan ternak dan pupuk alami dari hasil pengolahan sampah di TSPT ini," tambahnya. (why)