Sejumlah Bank Sampah Unit (BSU) di wilayah Kembangan dan Kebon
Jeruk, terbelit masalah. Selain kurangnya
kepedulian masyarakat, juga karena masalah harga jenis sampah yang berbeda
dengan lapak atau pengepul.
“Kami mendapatkan laporan adanya masalah dalam pengelolaan Bank
Sampah Unit (BSU). Ada masalah harga jenis sampah lebih tinggi di lapak dari harga
di bank sampah induk. Ada juga bank
sampah unit tak aktif karena tidak ada nasabahnya, dan lain-lain,†ujar Leli,pegawai Penataan Kota dan Lingkungan Hidup Jakarta
Barat, saat monitoring bersama aparat Sudis Lingkungan Hidup, pada sejumlah bank
sampah unit di wilayah Kembangan dan Kebon Jeruk, Selasa (9/4) pagi.
Menurutnya, monitoring bank sampah unit dilakukan guna menindaklanjuti kebijakan strategis Gubernur DKI Jakarta
serta instruksi walikota Jakarta Barat, tentang pengurangan sampah 30 % dari
sumbernya. 5% diantaranya dari pengelolaan sampah di bank sampah.
Dalam monitoring itu, tim gabungan dari Sudis Lingkungan
Hidup Jakarta Barat, menemukan banyak masalah dalam pengelolaan sampah di bank
sampah unit. Sehingga ini berdampak pada inventarisasi dan pendataan volume
pengurangan sampah.
“Kami tetap mendata, termasuk menginventarisir adanya
kendala dalam pengelolaan bank sampah. Ini menjadi bahan evaluasi nanti,†ujarnya.
Sebelumnya, kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta
Barat, Edi Mulyanto mengatakan, dalam RPJMD 2018-2022, Dinas Lingkungan Hidup
DKI Jakarta menargetkan pengurangan sampah sebesar 17 %.
Pengurangan sampah bisa dilakukan pada bank sampah,
pengolahan sampah pasar, TPS 3R, program eco office, dan pengurangsan sampah
sekolah. “Untuk bulan Februari, sudah 496 ton sampah (25%), tapi bulan Maret
396 ton sampah (20%). Meski turun, setidaknya masih di atas 17 %, “jelasnya.
(why)
20 Mei 2024