Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) DKI Jakarta akan mendrop kebutuhan darah melalui Sub UPTD di wilayah. Pengiriman darah dilakukan setelah melalui uji laboratoriam di PMI DKI.
Kepala Unit Transfusi Darah PMI DKI Jakarta, Salimar Salim, mengatakan kebutuhan darah di Jakarta mencapai 800-1.000 kantong per hari. Jumlah itu dianggap masih kurang, idealnya 4.000 kantong per hari.
Sebelum mendrop ke UPTD, darah lebih dulu diolah di laboratorium di PMI DKI. Proses pengolahannya cukup kompleks, mulai dari pemisahan darah, pemeriksaan laboratorium hingga karantina darah. "Proses pengolahan darah ini menggunakan peralatan canggih yang sesuai dengan standar internasional," ujarnya, kemarin.
Setiap darah yang mengalami proses pengolahan membutuhkan waktu sekitar empat hari. Setelah itu darah langsung didrop ke rumah sakit yang memiliki bank darah dan UPTD tiap wilayah. "Darah juga ada masa kadaluarsa, yakni sebulan. Jadi, untuk meningkatkan kualitas dan mutu darah, kami mendrop paling cepat 15 hari," ujarnya.
Ia menyebutkan, UPTD Jakarta Barat bukan untuk melakukan pengolahan, tapi sebagai tempat donor dan uji serasi antara pendonor dan pasien yang membutuhkan darah. Terkait dengan itu, UPTD DKI menugaskan sejumlah petugas kepada masing masing UPTD di wilayah. Petugas itu yang nantinya akan memberikan darah sesuai dengan kebutuhan pasien. "Kami punya orang untuk bertugas melakukan uji serasi darah yang dibutuhkan pasien," tuturnya.
Ia menambahkan, masyarakat yang membutuhkan darah bisa langsung mendatangi UPTD Jakarta Barat. Meski demikian, tidak sembarang orang bisa mengambil darah. Darah bisa diambil oleh pihak rumah sakit. Untuk harganya, Salimar menuturkan sekitar RP 360 ribu/kantong. Harga tersebut merupakan pengganti pengolahan darah. "Pemerintah juga memberikan subsidi Rp 150 ribu," sebutnya. (why/aji)
20 Mei 2024