Periode Januari-Februari 2017, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta Barat sebanyak 242 kasus. Dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 752 kasus, DBD tahun ini menurun.
Kasudin Kesehatan Jakarta Barat, Weningtyas, menyebutkan mengungkapkan dari delapan kecamatan se Jakbar, kasus DBD tertinggi diduduki Kecamatan Kalideres dengan 78 kasus. Selanjutnya Kecamatan Cengkareng 69 kasus, dan Kebon Jeruk 23 kasus, Grogol Petamburan dan Tambora 19, Kembangan 16, Palmerah 14 dan Tamansari 4 kasus.
"Kasus DBD paling tinggi di wilayah Kecamatan Kalideres, yakni 78 kasus. Disusul Cengkareng 69 dan Kebon Jeruk 23 kasus,†sebut Weningtyas kepada wartawan, Jumat (24/2). Dikatakan, kasus DBD sangat dipengaruhi tingkat kesaradan masyarakat terhadap kepedulian dan kebersihan lingkungan.
Lebih lanjut dijelaskan, untuk menekan kasus DBD selama ini pihaknya telah melakukan berbagai upaya, seperti menyosialisasikan maupun terjun langsung ke masyarakat bersama kader juru pemantau jentik (jumantik), petugas puskesmas dan unsur terkait melaksanakan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Kami terus mengoptimalkan pelayanan kesehatan masyarakat dengan sistem satu rumah satu jumantik dan akan dilakukan setiap hari. Kinerja puskesmas juga lebih ditingkatkan agar kasus DBD semakin berkurang,†ujarnya.
Sementara itu, aksi PSN dilaksanakan di RW 04 Kelurahan Kota Bambu Selatan, Palmerah. Kader puskesmas dan jumantik juga menyosialisasikan cara yang benar membersihkan rumah pasca banjir dan cara membunuh jentik nyamuk dengan mendatangi langsung rumah warga. Ada enam rumah warga yang sempat terdampak banjir yang dikunjungi.
Selain itu, dari 12 rumah warga di RW 04 yang dikunjungi kader jumantik, lima rumah di antaranya ditemukan jentik. "Aksi ini kita lakukan setiap hari Jumat. Tujuannya untuk mengantisipasi ancaman penyakit DBD dan leptosphirosis akibat kotoran tikus,†ujar Kasi Kesehatan Masyarakat, Nisma Hiddin. (why/aji)
20 Mei 2024