Untuk menekan kasus Tuberkulosis (TBC), petugas Puskesmas dikerahkan ke wilayah untuk melakukan tracing.
Menurut Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta, Erizon Safari, tracing perlu dilakukan agar pihaknya dapat melakukan pencegahan penyebaran TBC di lingkungan masyarakat sejak dini.
"Jadi, Puskemas menjalankan peran tracing ke wilayah untuk mencari orang yang bergejala TBC. Itu terbukti efektif untuk mencari temuan kasus baru di wilayah," ujarnya, Jumat (14/10).
Lebih lanjut dijelaskan, nantinya, rumah sakit selaku pihak yang merawat pasien TBC akan memberikan informasi ke puskemas kelurahan dan kecamatan terkait tempat pasien tinggal. Dari informasi itu, puskemas akan bergerak menelusuri lokasi tempat tinggal pasien untuk mencari tahu kemungkinan adanya warga lain yang tertular TBC.
Selain itu, sambung Erizon, pihak puskemas juga bisa memberikan edukasi kepada warga sekitar terkait gejala TBC dan cara penanggulangannya.
"Jika ada gejala batuk selama dua minggu tanpa henti, langsung saja memeriksakan diri ke puskesmas dan rumah sakit," imbuhnya.
Ia menyebut, terhitung dari Januari hingga September 2022, saat ini tercatat ada penambahan sekitar 6.000 kasus TBC di wilayah Jakarta Barat. Diharapkan, dengan adanya pola penanganan tracing kasus TBC di wilayah kecamatan dan kelurahan bisa ditekan dan dicegah penyebarannya. (Aji)