Asisten Ekonomi dan Pembangunan Jakarta Barat, Fredy Setiawan bersama instansi
terkait melakukan peninjauan lapangan persiapan Festival Pecinan yang digelar, 18
Februari 2019. Festival Pecinan akan diramaikan dengan berbagai seni budaya asli
Tionghoa, seperti barongsai, liong, guzhen, wayang potehi, dan sebagainya.
“Ya, kami mengecek kesiapan lapangan. Kesiapan dari
masing-masing UKPD terkait menjelang Festival Pecinan. Pengecekan berkait,
bagaimana persiapan sarana dan prasarana, tempat parkir, arus lalu lintas
hingga konsep acaranya,†ujarnya didampingi Kepala Sudis Pariwisata dan
Kebudayaan (Parbud) Jakbar, Ahmad Syahropi dan sejumlah pejabat lainnya.
Menurutnya,Festival Pecinan ini nantinya menjadi agenda rutin tahunan.
Ini menjadi ciri khas yang membedakan dengan wilayah lain serta selaras dengan kebijakan
strategis gubernur yakni festival
sepanjang tahun.
Untuk konsep acara, Fredi menerangkan bahwa Festival Pecinan
ini diisi dengan berbagai seni dan budaya asli Tionghoa. “Konsep acaranya bisa pak Kasudin Parwisata
dan Kebudayaan yang menjelaskan. Intinya, kami mengecek dan berkordinasi dengan
para UKPD untuk persiapan nanti,â€
tambahnya.
Kepala Sudis Parbud Jakbar, Ahmad Syahropi
menjelaskan Festival Pecinan yang digelar di Jalan Pantjoran, Petak Sembilan ini mayoritas diisi oleh pertunjukan seni budaya asli Tionghoa. Mulai dari pertunjukan
barongsai, Guzhen, Wayang Potehi, fashion show ceongsam, dan sebagainya.
Festival Pecinan bukan
menjadi satu-satunya budaya tradisional masyarakat Tionghoa. Karena mereka masih
memiliki ragam budaya lain, seperti Imlek, Cap Go Meh, dan Pechun. “Kalau Festival
Pechun, tak bisa digelar di sini, karena tidak memiliki sungai. Festival Pechun
biasa diselenggarakan di Sungai Cisadane, Tangerang,†ujarnya.
Terkait pemilihan lokasi, Ahmad Syahropi menjelaskan bahwa Festival
Pecinan digelar di Jalan Pantjoran, Petak Sembilan, lantaran memiliki nilai
sejarah. Kawasan ini dahulu sebagai tempat tinggal masyarakat Tionghoa, sebelum
abad 16.
Sudis Parbud Jakbar sempat
mengagendakan kegiatan ini digelar di Jalan Kali Besar. “Semula berpikir mau
dilaksanakan di Kali Besar, tapi dominan nuansa Kolonial Belanda. Makanya, di
sini (Jalan Pantjoran-red) is the best location,†paparnya. (Aji)
20 Mei 2024