Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat bersama aparatur Kelurahan Meruya Selatan, melaksanakan implementasi wolbachia di wilayah Meruya Selatan, Jumat (9/5). Sebanyak 811 ember wolbachia telah disebar kepada Orang Tua Asuh (OTA) di 11 lingkungan RW.
Kepala Puskesmas Kecamatan Kembangan, Rosvita Nur Aini mengatakan bahwa Kelurahan Meruya Selatan menjadi wilayah terakhir di Kecamatan Kembangan yang melaksanakan implementasi wolbachia.
Implementasi wolbachia diisi dengan peletakkan ember-ember berisi telur nyamuk wolbachia dan pakannya kepada Orang Tua Asuh (OTA) pada lokasi yang telah ditentukan.
"Kami bersama lurah dan perwakilan kementerian kesehatan dan Universitas Gadjah Mada melakukan seremoni implementasi wolbachia, sekaligus peletakan sejumlah ember ber-wolbachia pada rumah Orang Tua Asuh (OTA)," ujarnya usai mengikuti implementasi wolbachia, di RW 01, Kelurahan Meruya Selatan.
Rosvita melanjutkan, implementasi wolbachia dilakukan di 11 lingkungan RW Kelurahan Meruya Selatan dengan realisasi 811 OTA dari target 847 OTA. Mereka diminta untuk memantau perkembangannya selama dua minggu.
"OTA bersama kader jumantik dan PPSU serta survailans puskesmas memantau dan menggantikan telur nyamuk ber-wolbachia setiap 14 hari atau 2 minggu," ujarnya.
Lebih lanjut, Rosvita Nur Aini, setiap ember ber-wolbachia berisi sekitar 200-600 telur nyamuk yang menempel pada kain panel dan pakan pelet. Ember ini digunakan sebagai bagian dari program pengendalian penyakit demam berdarah dengan cara mengembangbiakan nyamuk aedes aegypti yang mengandung bakteri wolbachia.
Di tempat yang sama, Wakil Dekan Universitas Bidang Penelitian dan Pengembangan FK - KMK Universitas Gadjah Mada, Lina Choridah mengatakan bahwa penyakit demam berdarah menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia.
Menurutnya, dahulu kala, penyakit DBD ini sangat menakutkan. Bukan hanya bagi pasien tapi juga dokternya. Karena pasien yang mengalami penyakit ini berakhir dengan kematian.
"Alhamdulillah, dengan implementasi program wolbachia atau nyamuk pintar, bisa membantu kita menurunkan angka kesakitan atau kematian penyakit DBD. Sekali lagi, kami meminta dukungan dan kerjasama masyarakat agar program ini berjalan dengan baik dan sukses," ujarnya.
Ia pun mengakui bahwa program ini cukup panjang. Seperti boneka kawaguchi, yang perlu dirawat, ditengokin, dan diberi makan setiap hari. Wolbachia juga perlu dirawat dan ditengok selama kurun 6-8 bulan.
"Semoga implementasi program wolbachia ini dapat menurunkan kasus demam berdarah," tambahnya.
Pada momen yang sama, Lurah Meruya Selatan, M. Ghufri Fatchani berharap masyarakat dapat menyukseskan program nyamuk berwolbachia dalam upaya mengendalikan penyakit DBD di wilayah Meruya Selatan.
"Selain itu, kami berharap kasus DBD di Joglo bisa ditekan dan diminimalisir. Meski begitu, kegiatan lain seperti PSN 3M plus tetap dijalankan," tambahnya. (why)