Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah di wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat. Hingga pertengahan Oktober 2025 jumlahnya mencapai 2.548 kasus.
“Data per 16 Oktober di Jakarta Barat menjadi wilayah yang kasusnya tertinggi ya, sebesar 2.548 kasus dengan incidence rate-nya 97,4. Puncak kasus DBD tertinggi tahun ini terjadi di bulan Mei 2025 dengan jumlah 362 kasus,” ungkap Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Sudis Kesehatan Jakarta Barat, Arum Ambarsari, saat penilaian Kampung Bebas Jentik (KBJ) 2025, di kantor wali kota, Kamis (23/10).
Menurutnya, cuaca merupakan faktor utama tingginya kasus DBD di Jakarta Barat.
“Pertama faktor cuaca juga. Kemarin itu tingkat kelembaban sangat tinggi, dan kita tahu Jakarta Barat ini di antara lima wilayah lain di DKI itu punya kelembaban yang paling tinggi. Itu juga bisa pengaruh dari pengairan ya atau drainase yang mungkin tidak lancar ya, sehingga kelembabannya bisa meningkat,” jelas Ambar.
Lebih lanjut dikatakan, pengendalian vektor DBD merupakan salah satu kunci untuk menekan kenaikan kasus DBD melalui kegiatan PSN 3M Plus.
“Dengan memberdayakan masyarakat melalui kegiatan Gerakan 1 rumah 1 jumantik serta pengendalian vektor oleh tenaga kesehatan melalui kegiatan larvasidasi selektif dan fogging focus,” jelasnya.
Ia menyampaikan, dalam Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 Kementerian Kesehatan RI disebutkan Enam Strategi Penanggulangan Dengue di Indonesia. Di antaranya, penguatan manajemen vektor yang efektif, peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue, penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen KLB yang responsive.
Selain itu, peningkatan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan, penguatan komitmen pemerintah, kebijakan-manajemen program dan kemitraan, pengembangan kajian, invensi, inovasi dan riset sebagai dasar kebijakan dan manajemen program berbasis bukti. (Aji)





