Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bersama Kementerian Kesehatan melakukan launching project penanggulangan DBD dengan metode wolbachia yang berlangsung di Taman Agro Eduwisata GSG RW 07 Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, Jumat (4/10).
Wali Kota Jakarta Barat, Uus Kuswanto mengatakan, rangkaian persiapan pelaksanaan kegiatan penanggulangan DBD dengan metode wolbachia di Jakarta Barat telah dimulai sejak dinyatakan wilayah Kecamatan Kembangan, khususnya RW 07 Kelurahan Kembangan Utara, sebagai salah satu lokasi implementasi program tersebut.
"Pemilihan Jakarta Barat, terutama kecamatan Kembangan sebagai lokasi pertama pelepasan nyamuk aedes ber-wolbachia berdasarkan angka DBD yang tertinggi tahun 2023, dengan insiden rate 54,1 per 100 000 penduduk. Meski begitu, wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi, warganya dikenal guyub dan suka bergotong royong. Sehingga secara prinsip warga di sini menerima dengan baik pelepasan nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia," jelasnya.
Dalam implementasi teknologi wolbachia, lanjut Uus Kuswanto, Pemkot Jakarta Barat telah melakukan sosialisasi dan edukasi kepada pemangku wilayah dan stake holder terkait, guna memastikan pemahaman tentang metode wolbachia.
"Kami juga melakukan pelatihan bagi para kader jumantik agar mereka yang merupakan bagian terdekat masyarakat dapat membantu pemahaman warga terhadap program ini," ujarnya.
Selain sosialisasi dan edukasi, lanjut Uus, pihaknya juga melakukan pendataan Orang Tua Asuh (OTA) yang dititipkan ember berisi telur-telur nyamuk aedes ber-wolbachia.
"Jumlah OTA di wilayah Jakarta Kembangan Utara sebanyak 1.185 orang. Mereka adalah warga yang telah memahami tugasnya untuk menjaga ember ber-wolbachia tersebut," tambahnya.
Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, Yudhi Pramono mengatakan bahwa kasus DBD di Indonesia pada tahun 2023 berjumlah 114 ribu kasus dengan insiden rate 41 per 100 ribu penduduk. Sedangkan angka kematian berjumlah 894 orang.
"Pemerintah membuat kebijakan yang selaras dengan komitmen WHO bahwa kita mewujudkan zero dengue dead pada tahun 2030. Untuk itu, kementerian kesehatan membuat sejumlah strategi, satu diantaranya inovasi teknologi wolbachia," ujarnya.
Dilanjutkan, wolbachia merupakan bakteri alami yang tumbuh di hewan arthropoda atau serangga yang bisa menghambat replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk. Dalam penelitian di UGM Yogyakarta, teknologi ini mampu menurunkan 77 % angka kejadian kasus dengue dan mengurangi pasien masuk rumah sakit sebesar 86 %.
"Kementerian Kesehatan telah mengadopsi teknologi wolbachia dengan melakukan pilot projet di lima daerah yakni Semarang, Bandung, Kupang, Bontang dan Jakarta Barat. Saya berharap penerapan metode wolbachia di Jakarta Barat, bisa menjadi momentum untuk menunjukkan bahwa pengendalian dengue dapat berhasil bila menjadi komitmen bersama antara pemerintah pusat, daerah dan stakeholder terkait," jelasnya.
Yudi Pramono menegaskan, meski menerapkan teknologi wolbachia, namun kegiatan rutin dalam pencegahan penularan demam berdarah, yakni Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) masih tetap dijalani.
"Jadi kegiatan PSN 3M (Menguras Menutup dan Mendaur Ulang) Plus dalam upaya mengendalikan DBD tetap rutin dilaksanakan. Kemudian, dengan implementasi wolbachia, Insya Allah bisa menurunkan kasus DBD di Jakarta," pungkasnya.
Launching implementasi teknologi Wolbachia ditandai dengan penyerahan ember ber-wolbachia kepada kader jumantik RW 07 Kembangan Utara. Hadir Plt Direktur P2PM Kementerian Kesehatan, Anas Maruf, Plt Adkesra Sekda DKI Jakarta, Suhairini Elawati, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, serta para pejabat di lingkungan Pemkot Jakarta Barat. (why)