Periode Januari-5 Februari 2018, total kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta Barat mencapai 41 kasus. Wali Kota Jakarta Barat HM Anas Efendi memerintahkan para lurah dan camat gencar menangani dan menyosialisasikan penanggulangan DBD di wilayahnya masing masing. "Saya dapat laporan bahwa kasus demam berdarah di Jakarta Barat sebanyak 41 kasus. Wilayah Cengkareng, yakni Kelurahan Kapuk masih tertinggi angka kasus DBD-nya, 11 kasus. Kemudian wilayah Kelurahan Wijayakusuma Kecamatan Grogol Petamburan sebanyak sembilan kasus," sebut Wali Kota, Rabu (7/2). Ia juga meminta para lurah untuk lebih mengintensifkan penyuluhan atau sosialisasi mengenai penanggulangan demam berdarah kepada warganya. Seluruh unsur masyarakat diberdayakan untuk menanggulangi penyakit demam berdarah dan aktif menggelar pemberantasan sarang nyamuk (PSN). “Selalu waspadai ancaman demam berdarah. Libatkan dan berdayakan masyarakat dalam penanganannya,†imbuh Wali Kota. Kasudis Kesehatan Jakarta Barat, Weningtyas Purnomo Rini, menyebutkan 41 kasus demam berdarah itu terhitung dari bulan Januari hingga 5 Februari 2018. Kasus DBD terbanyak masih wilayah Kecamatan Cengkareng, dengan 11 kasus. Sedang di wilayah Grogol Petamburan sebanyak sembilan kasus. Disusul wilayah Kebon Jeruk, dan Kembangan. Dari delapan kecamatan di Jakarta Barat, hanya wilayah Tamansari dan Tambora yang belum ditemukan kasus demam berdarah. "Wilayah yang mendapatkan kasus DBD terbanyak segera melakukan upaya, seperti mengaktifkan kembali peran jumantik (juru pemantau jentik) serta menjadi jumantik mandiri di setiap rumah," ujarnya. Bagi rumah yang ditemukan adanya jentik jentik nyamuk penyebab demam berdarah (aedes aygpty), pihaknya akan memberikan sanksi admisnitrasi berupa melakukan penanaman pohon. Selain itu, juga melakuka larvalisasi, yakni memberikan bubuk abate ke dalam kolam atau tempat penampungan air di rumah yang ditemukan jentik nyamuk. (why/aji)