Gebyar Budaya Betawi digelar di Hutan Kota Srengseng,
Jakarta Barat, Sabtu (23/3) pagi. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini
diisi dengan berbagai lomba seni dan budaya Betawi.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Fredi Setiawan menjelaskan,
Gebyar Budaya Betawi digelar sebagai ajang dan kesempatan kepada para seniman Betawi
untuk menunjukkan kebolehannya, sekaligus mempromosikan serta melestarikan
budaya Betawi.
Kegiatan yang rutin digelar setiap tahun ini diisi dengan sejumlah
lomba, seperti lomba lenong, tari dan palang pintu, pantun, dan sohibul
hikayat. “Mari kita lestarikan budaya Betawi. Saya ingin hutan kota Srengseng
menjadi salah satu destinasi wisata dan budaya, tapi bisa juga diisi dengan
berbagai kegiatan dari instansi terkait lainnya, seperti lomba memancing, tanam hidroponik dan sebagainya,â€tutur Fredi.
Fredi juga mengimbau kepada masyarakat untuk melestarikan budaya
Betawi.Jangan sampai tergerus zaman, tapi terus dikembangkan hingga bisa go
internasional. Pemerintah Daerah DKI Jakarta, pun telah berkomitmen dalam pelestarian
budaya Betawi.
Komitmen itu diatur dalam Peraturan Daerah No 4 Tahun
2015, tentang pelestarian kebudayaan betawi. “Dalam aturan itu terdapat 8 ikon Betawi,
seperti ondel-ondel, kembang kelapa, gigi balang, baju sadariah, kebaya
kerancang, batik betawi, kerak telor dan bir pletok,â€ujarnya.
Ia berharap, kegiatan ini bukan sekadar ajang pertunjukan
saja, tapi budaya Betawi harus tetap eksis dan dilestarikan agar menjadi budaya
berkelas internasional.
Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Ahmad Syahropi
mengatakan, Gebyar Budaya Betawi di Hutan Kota Srengseng, digelar selama dua
hari, mulai hari Sabtu dan Minggu. Kegiatan ini diisi dengan sejumlah lomba,
seperti Lomba Lenong, tari dan palang pintu, pantun dan sohibul hikayat.
Ia berharap masyarakat akan terhibur sekaligus mempromosikan
budaya Betawi. “Semua menampilkan apa saja yang dibina oleh Sudis Pariwisata
Budaya. Kegiatan akan berlangsung dua hari, hari ini akan ada perlombaan tari
dan palang pintu, besoknya ada pantun, sohibul hikayat, dan lenong," paparnya.
(why)
20 Mei 2024