Para pelajar SMA di Jakarta Barat diminta untuk lebih melandasi diri pada norma agama sebagai "obat penawar" terhadap segala bentuk kerawanan, seperti penyalahgunaan narkoba, kenalan remaja, dan lainnya.
"Kita landasi diri pada norma agama. Ini bisa dijadikan filter agar tidak terjerumus dalam perbuatan yang negatif hingga merusak generasi penerus," ujar Asisten Kesejahteraan Rakyat (Askesra) Jakarta Barat, HM Andi saat membuka sosialisasi pelayanan kesehatan jiwa bergerak dan pencegahan bunuh diri di ruang Ali Sadikin, kantor wali kota.
Sosialisasi diprakarsai Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah dan narkotika, psikotropika dan zat adikti (napza) Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan. Menghadirkan narasumber antara lain Dr Jusni Solihin, Dra Tiwin Herman (LSM Jangan Bunuh Diri) dan Beni Prawira (LSM Intolight). Kegiatan diikuti ratusan ratusan pelajar SMA se Jakarta Barat.
Lebih lanjut M Andi menjelaskan, masa remaja sangat rentan terjurumus dalam pergaulan bebas dan kenakalan remaja. Sehingga perlu adanya pengawasan dari orang tua. Dikatakan, selama ini banyak anak yang merasa kesepian karena tidak mendapat perhatian dari orang tua.
"Banyak dari mereka yang kerap memainkan gadget untuk menghilangkan kesepian dikarenakan orang tuanya terlalu sibuk. Tentunya penggunaan gadget bila tidak diawasi pun bisa menjerumuskan anak ke perbuatan yang negatif," ujarnya.
M Andi juga meminta para guru sebagai orang tua di sekolah lebih peka mengawasi siswanya. Karena ini bisa meminimalisir terjadinya depresi atau stres. Jika tidak bisa dicegah maka anak bisa melakukan hal nekat seperti bunuh diri. (why/aji)