Pemkot Jakarta Barat kembali menggelar pemeriksaan terhadap makanan berbuka
puasa (takjil) di kawasan Sentra Primer Barat Baru atau kawasan CNI Kembangan,
tepatnya Jalan Puri Elok, Kembangan, Jakarta Barat, Rabu (30/5) sore. Hasilnya,
petugas menemukan makanan takjil yang mengandung zat pewarna tekstil atau
rodhamin B.
Pemeriksaan makanan takjil di kawasan CNI ini langsung dipimpin oleh Wakil
Wali Kota HM Zen bersama Kepala Sudis Kesehatan Jakbar,
Weningtyas Purnomo dan Kepala Sudis KPKP, Marsyawitri Gumay serta
sejumlah pejabat Pemkot Jakbar lainnya.
Wakil Wali Kota menyebutkan, ada 42 sampel makanan
takjil yang diperiksa petugas gabungan. Dalam uji laboratorium kesehatan DKI
Jakarta, petugas menemukan makanan takjil yakni pacar cina yang mengandung zat
berbahaya.
Pacar cina yang ada pada makanan kolak itu mengandung zat pewarna tesktil
rodhamine B. "Ada satu makanan kolak, dimana di dalam pacar cinanya
mengandung zat pewarna Rodhamin B itu merupakan zat pewarna tekstil," ujar
M. Zen.
Menurutnya, hasil temuan itu mengandung zat berbahaya itu langsung
ditindaklanjuti petugas. Selain menyita dan memusnahkan makanan takjil, petugas
juga membuat berita acara pemeriksaan kepada pedagangnya.
Selain membuat berita acara pemeriksaan, petugas juga memberikan peringatan
kepada pedagang agar tidak menjual dagangan yang mengandung zat berbahaya. "Kami
akan telusuri darimana asal pacar cina ini. Untuk penjualnya akan dilakukan
pembinaan oleh sudin kesehatan," jelasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Sudis Kesehatan Jakarta Barat, Weningtyas
Purnomo mengemukakan adanya penurunan temuan hasil pemeriksaan takjil tahun
2018. Di mana, terjadi penurunan kasus temuan makanan takjil yang mengandung
zat berbahaya.
"Tahun sebelumnya,petugas masih menemukan makanan mengandung zat
berbahaya, seperti tahu kuning yang mengandung boraks atau zat pengawet, pacar
cina yang mengandung zat pewarna tekstil dan sebagainya. Tahun ini, petugas
hanya menemukan 1 kasus di kawasan CNI, sementara pemeriksaan makanan di Jalan
Panjang, Kebon Jeruk, nihil atau negatif," ujar Weningtyas.
Penurunan kasus temuan makanan takjil mengandung zat berbahaya tak terlepas
dari kerja keras tim kesehatan masing-masing kecamatan. "Mereka (tim
kesehatan) kecamatan rutin melaksanakan pembinaan kepada para pedagang hingga
sekarang, sehingga terjadi penurunan kasus temuan makanan yang mengandung zat
berbahaya," tambahnya. (why/aji)
20 Mei 2024