Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat mencatat tiga kecamatan, yakni Cengkareng, Kebon Jeruk dan Kalideres terdapat 700 lebih kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selama tahun 2024.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Sudiskes Jakarta Barat, Arum Ambarsari, menyebut jumlah penduduk dan kebersihan tampungan air yang tidak terkontrol menjadi faktor utama kasus DBD.
"Jumlah penduduk yang banyak dan terdapat wilayah yang banyak perkantoran atau institusi sekolah atau pasar yang relatif tidak ada yang mengontrol kebersihan tampungan air," ujar Arum saat dihubungi, Rabu (8/1).
Dari data Sudis Kesehatan Jakbar tercatat Kecamatan Cengkareng 795 kasus DBD, Kalideres 718 kasus dan Kebon Jeruk 712 kasus selama 2024. Lainnya, yakni Kecamatan Kembangan tercatat 537 kasus, Taman Sari 215 kasus, Palmerah 280 kasus, Grogol Petamburan 245 kasus dan Tambora 198 kasus.
Sementara itu, untuk per bulannya jumlah kasus DBD di Jakbar terhitung fluktuatif mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2024. "Januari tercatat 94 kasus, Februari 249 kasus, Maret 626 kasus, April 799 kasus, Mei 797 kasus," sebut Arum merinci data DBD yang meningkat drastis di awal 2024.
Selanjutnya, kasus DBD mulai turun sejak Juni 2024 dengan 354 kasus. Kemudian pada Juli 216 kasus, Agustus 188 kasus, September 101 kasus, Oktober 79 kasus, November 97 kasus dan Desember 100 kasus.
Arum mengungkapkan, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah antisipasi serta penanganan DBD di wilayah. "Pertama itu pemantauan vektor atau jentik nyamuk DBD dilakukan dengan mengutamakan peran serta masyarakat seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan optimalisasi Juru Pemantau Jentik (Jumantik) mandiri," tuturnya.
Selain itu, terus meningkatkan promosi kesehatan tentang DBD kepada masyarakat. "Terus fogging fokus sesuai indikasi dan terus mengimbau warga untuk segera melakukan pemeriksaan apabila ada anggota keluarga yang mengalami gejala DBD," imbuh Arum. (Aji)