Sebanyak 25 sanggar mengikuti Festival Tari Tradisional Jakarta Barat tahun 2025, di halaman parkir selatan, Kantor Wali Kota Jakbar, Sabtu (15/11).
Kegiatan kolaborasi Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Barat dan Asosiasi Tari Tradisional Jakarta Barat (Astatra) tersebut juga dimeriahkan belasan stan bazar kuliner. Kegiatan dibuka Kepala Sudis Kebudayaan Jakarta Barat, Joko Mulyono.
Pada sambutannya, Joko menyebut Festival Tari Tradisional Jakarta Barat diikuti 25 sanggar tari yang berasal dari delapan kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat.
Dikatakan, tari tradisional bukan sekadar rangkaian gerak, melainkan cermin jati diri bangsa. Di dalamnya terdapat nilai sejarah, filosofi, dan kekayaan budaya yang diwariskan secara turun-temurun.
“Melalui festival ini kita tidak hanya merayakan keindahan seni, tetapi juga menunjukkan komitmen untuk melestarikan warisan budaya agar tetap hidup, berkembang, dan dicintai generasi muda. Saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para seniman dan komunitas budaya yang terus berkarya dengan penuh dedikasi,” ujar Joko.
Lebih lanjut dikatakan, upaya ini tidak hanya menjaga tradisi tetap lestari, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam memperkuat karakter dan identitas budaya daerah.
“Kepada para peserta festival, saya berharap momentum ini dapat menjadi ruang untuk berekspresi, berkolaborasi, dan saling belajar. Jadikan panggung ini sebagai ajang untuk menunjukkan kreativitas, tanpa kehilangan esensi nilai-nilai tradisi yang menjadi akar dari setiap tarian,” imbuh Joko.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh peserta dan pihak-pihak yang mendukung terselenggaranya kegiatan.
“Mudah-mudahan ini jadi jalan kita untuk menularkan kecintaan kita kepada anak-anak muda terhadap tari tradisonal Betawi,” katanya.
“Harapannya, seni tari tradisional Jakarta Barat bisa go nasional bahkan internasional. Semangat terus teman-teman sanggar tari se Jakarta Barat, melestarikan seni tari tradisional Betawi yang ada di Jakarta Barat, bisa terus langgeng, jaya dan go internasional,” sambungnya.
Sementara itu, panitia pelaksana kegiatan dari Asosiasi Tari Tradisional Jakarta Barat (Astatra), Eni Ekaningsih, mengatakan kegiatan ini merupakan kali pertama diselenggarakan dan diharapkan bisa terus dilaksanakan sebagai agenda rutin tahunan.
“Insya Allah akan jadi program tahunan, dari Sudin Kebudayaan yang nantinya akan melihat bagaimana pimipinan sanggar-sanggar memproduksi tari, khususnya dari Jakarta Barat dan ditampilkan,” ujarnya.
Menurutnya, dalam memprodksi karya tari khususnya tari Betawi diperlukan mentor dari para ahli, pimpinan sanggar dan support Pemda/Sudis Kebudayaan.
“Ada 25 pimpinan sanggar yang hadir dan membawa anggotanya yang menampilkan karya. Kita di sini ingin diberi masukan tentang karya yang kita buat, khususnya karya tari Betawi. Karena ada usulan sebelumnya yang menginginkan ada karya tari durasinya kurang lebih 15 menit. Ini butuh mentor atau orang tua yang support,” ujar Eni. (Aji)





