Suku Badan Perencanaan Pembangunan Kota Jakarta Barat akan mengembangkan 4 potensi pada kegiatan Placemaking Kawasan Glodok, Kecamatan Taman Sari.
Kepala Suku Badan Perencanaan Pembangunan Kota Jakarta Barat, Agus Sunyoto menerangkan bahwa placemaking kawasan Glodok bertujuan untuk mempertahankan dan memperkuat identitas kawasan Pecinan yang kaya akan budaya.
"Sesuai arahan Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, bahwa placemaking kawasan Glodok dilakukan seiring dengan selesainya proyek Mass Rappid Transit (MRT) fase 2A, pada tahun 2027," tuturnya pada kegiatan rapat koordinasi Placemaking Kawasan Glodok, Taman Sari, Senin (1/9).
Dijelaskan Agus, ada 4 potensi yang dikembangkan pada kegiatan placemaking kawasan Glodok, Jakarta Barat. Empat potensi yang dimaksud adalah pusat perdagangan, museum hidup budaya Tionghoa, pusat kuliber dan menjadi simpul TOD.
Untuk pengembangan pusat pedagangan, lanjut Agus, Kawasan Glodok Pancoran, terdapat banyak pertokoan. Mulai dari pertokoan elektronik, barang khas Tionghoa, pusat oleh-oleh hingga toko herbal.
"Kalau bisa kita branding, maka Glodok akan menjadi magnet buat wisatawan, terutama toko herbal yang lama dikenal masyarakat," ujarnya.
Potensi pengembangan berikutnya adalah 'Museum Hidup' Budaya Tionghoa. Karena kawasan Glodok, terdapat banyak wihara yang bisa dijadikan wisata religi, khususnya bagi umat Budha.
"Ada Vihara Dharma Jaya Toasebio, Vihara Dharma Bakti, dan sebagainya," ujarnya.
Selain itu, sambung Agus kawasan Glodok dikenal dengan aneka kuliner. Mulai dari kuliner jaman dulu (Jadul), kekinian hingga ekstrim.
"Glodok ada kuliner ekstrim. Selain swike, ada kuliner ekstrim lainya. Ada juga kopi legendaris, serta kuliner kekikinian di Petak Enam," ungkapnya.
Potensi pengembangan keempat pada placemaking kawasan Glodok adalah simpul TOD (Transit Oriented Development).
"Nantinya area di sekitar Stasiun MRT Glodok akan dikembakan menjadi pusat kegiatan pejalan kaki yang terintegrasi dengan moda transportasi publik," tambahnya. (why)