Pameran bertajuk “Terra Motion: Routes Rites Roots” yang digelar Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta yang berlangsung di Museum Seni Rupa dan Keramik Kawasan Kota Tua resmi dibuka.
Menghadirkan koleksi keramik bersejarah dari era Majapahit sekaligus karya-karya keramik kontemporer yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Pameran tersebut merupakan rangkaian dalam peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 RI dan Hari Ulang Tahun Museum Seni Rupa dan Keramik ke-49 yang akan berlangsung selama satu bulan, mulai 21 Agustus hingga 21 September 2025.
Kepala Unit Pengelola Museum Seni, Dinas Kebudayan DKI Jakarta, Sri Kusumawati, mengatakan bahwa Pameran ini memperkenalkan 9 koleksi keramik Majapahit yang dipamerkan melalui karya-karya artistik kontemporer.
“Museum menjadi ruang pertemuan antara masa lalu dan masa kini, dimana warisan keramik Majapahit kembali hadir melalui perspektif kontemporer,” katanya saat dikonfirmasi usai pembukaan pameran di Kawasan Kota Tua, Taman Sari, Jakarta Barat, Rabu (20/8).
Ia mengatakan, selama satu bulan ke depan, pengunjung dapat menikmati tidak hanya koleksi keramik Majapahit, tetapi juga karya 11 seniman keramik yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dengan menyuguhkan ragam narasi dan kekayaan artistik yang mencerminkan tantangan dan perkembangan budaya dari tradisi hingga ekspresi kontemporer.
“Kami juga menyiapkan program workshop dan talkshow yang diharapkan menjadi sarana edukasi dan interaksi antara seniman dengan masyarakat luas. Kami mengajak semua pihak untuk melihat keramik bukan sekadar benda seni, tetapi sebagai saksi peradaban, penghubung budaya, dan identitas yang terus berkembang mengikuti zaman,” ujarnya.
Pada moment yang sama, Direktur Sejarah dan Permuseuman Kementerian Kebudayaan RI, Agus Mulyana, menegaskan peran penting museum sebagai ruang publik yang menghubungkan masa lalu dan masa kini. Menurut Agus, Majapahit merupakan kerajaan besar yang pernah mencapai masa kejayaan dan menjadi bagian penting sejarah budaya Indonesia yang perlu dikenalkan kembali kepada generasi muda.
“Museum bukan hanya tempat menyimpan koleksi bersejarah atau seni, tetapi juga ruang interaktif antara masa lalu dan masa kini. Pameran ini memperkenalkan artefak dan produk budaya Majapahit yang menjadi saksi sejarah sekaligus ekspresi jiwa zaman,” ujarnya.
“Saya berharap museum dan pameran semacam ini dapat menjadi media edukasi yang efektif dalam membangun kecintaan dan karakter generasi muda terhadap kebudayaan asli Indonesia,” sambungnya.
Sementara itu, seniman peserta pameran, Dona Prawita Arissuta dari ISI Yogyakarta, menuturkan berbagi karya yang menjadi inspirasinya dari peninggalan Majapahit dipamerkan.
“Saya merespon peninggalan-peninggalan keramik yang ada di koleksi museum, seperti bentuk-bentuk kendi dan piring. Saya berimajinasi tentang orang-orang Majapahit yang hidup berdampingan secara spiritual dengan harmonis. Saya harap masyarakat semakin menghargai dan mengenal kebudayaan Indonesia yang kaya dan beragam, serta seniman bisa terus melahirkan karya yang mengangkat warisan budaya,” ungkapnya. (Lam)