Satu keluarga terdiri dari suami-istri, anak, dan paman ditemukan dalam kondisi meninggal di rumahnya, Perumahan Citra Garden, RT 007, RW 015, Kelurahan Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (10/11) kemarin.
Keempat mayat dalam kondisi membusuk. Satu mayat bernama Dian (40) anaknya, ditemukan di ruang depan, dua mayat bernama Rudyanto G (71) suami dan K. Margaretha G (58), istri, ditemukan di kamar serta satu mayat bernama Budyanto G (69) paman ditemukan di ruang belakang atau dapur.
Dokter forensik telah melakukan otopsi terhadap keempat mayat tersebut. Hasilnya, tidak ada bekas luka akibat tindak kekerasan ditubuh keempat jenazah tersebut. Namun penyebab pasti meninggalnya satu keluarga itu belum menemui titik terang.
Di hubungi via HP, Sabtu (12/11), Ketua RT 007/15, Kalideres, Asiung menyangkal dugaan meninggalnya satu keluarga karena kelaparan. Hal ini dibuktikan dari keberadaan mobil dan satu unit sepeda motor di rumahnya.
"Saya mengira bukan karena kelaparan, warga mampu, kok. Karena belum lama ini beli mobil honda brio dan motor honda scoppy," tuturnya.
Meski tergolong mampu, lanjut Asiung, namun sekeluarga yang terdiri dari suami, istri, anak dan paman itu dikenal tertutup. Mereka tak pernah berinteraksi dengan lingkungan warga sekitar.
"Sangat tertutup, tidak pernah ada komunikasi. Lingkungan warga di sini solid, pak. Kegiatan ibu-ibu jumantik dan dasa wisma di sini selalu kompak. Waktu ada penyemprotan disinfektan untuk mencegah penyebaran covid, mereka baru keluar. Terus, bulan september lalu, kader jumantik pernah mendatangi rumahnya. Itu pun harus gedor-gedor pintu, baru keluar." tuturnya.
Asiung juga tak mengetahui apa pekerjaan keluarga tersebut. Padahal mereka sudah tinggal di kawasan ini kurang lebih selama 20 tahun. Keluarga ini juga tak tergabung dalam grup whatsapp RT.
"Kalo keluar rumah, juga bukan jalan kaki. Terkadang pakai mobil. Biasanya, pagi keluar buat ke pasar, itu terakhir tiga bulan lalu saya lihat," tuturnya.
Pada awal September, kira-kira tanggal 5 September, Asiung sempat melihat sebuah mobil boks masuk ke dalam garasi rumah korban. "Saya ngelihat itu ada mobil boks mengeluarkan barang-barang kayak perabotan. Perabotan lemari es, dan AC," tuturnya.
Di tanya soal rumahnya yang gelap, Asiung menjelaskan bahwa dirinya pernah berkomunikasi dengan anaknya untuk menanyakan perihal kondisi rumah yang terlihat gelap. Apakah mau di jual?
"Di jawab, (anaknya) tidak om. Saya melihat rumah itu gelap makanya saya telepon," sebutnya yang tinggal persis di depan rumah korban.
Asiung juga pernah berkomunikasi terkait kelistrikan pada anaknya, pada 31 Agustus lalu. Saat itu Asiung mengirimkan pesan berupa chat dan foto kepada anaknya, Dian, berisi 'Tunggakan PLN mohon segera dilunasin ya. Takutnya listriknya diputus, tolong dikabarin lagi ya,' tulis pesan Pak RT.
Tak lama, Dian membalas chat dari Asiung. "Iya om, maaf ya om, jadi ngerepotin, nanti aku kabarin lagi, terima kasih," balasnya. .
Kemudian, pada 5 September 2022, Asiung kembali mengirimkan pesan chat serta foto kode ID PLN yang kemudian mengirimkan nomor rekening atas nama Haidi Rofiq.
"Iurannya dibayarkan oleh Petugas PLN Pak Haidi Rofiq karena adanya program dari PLN se Jakarta-Tangerang. Apabila diabaikan maka meterannya akan dicabut oleh Petugas PLN. Mohon ditanggapi dan dibayarkan sebelum dilakukan pencabutan meterannya. Petugas sudah menghubungi Ketua RT 007/015," ujar Asiung.
Namun, pesan itu tidak mendapatkan balasan dari korban. Hingga akhirnya, pada 9 November 2022 Asiung kembali mengirimkan pesan chat serta gambar kepada korban yakni petugas PLN yang sedang melakukan pemutusan listrik rumah sekira pukul 17.02 WIB.
Pada 10 November, warga melaporkan soal bau menyengat dari dalam rumah korban. "Warga lapor ke saya perihal bau dari rumah korban. Sebelumnya, petugas PLN juga mencium bau busuk, tanggal 9 November. Kemudian, saya bersama pengurus RT, LMK serta warga sekitar berusaha mencari tahu asal bau tersebut. Kami bongkar jendela kamar dan pintu, dan pertama kali saya melihat mayat Dian (40) anaknya, di ruang depan," tuturnya.
Melihat kejadian itu, Asiung langsung menghubungi aparat kepolisian. Tak lama, kemudian aparat kepolisian tiba di lokasi. "Kemudian, bersama aparat, kami cek lagi, ada dua mayat di kamar depan, Rudyanto G (71) suami dan K. Margaretha G (58), selanjutnya ditemukan di belakang atau dapur, mayat Budyanto G (69) pamannya," ujar Asiung.
Kondisi mayat mengenaskan, terutama mayat Rudynato dan K. Margaretha, yang sudah mengering. Tak jauh dari mayat korban terdapat kapur barus. "Kalo saya lihat, mayat Dian, yang ditemukan di ruang depan, masih utuh. Tidak seperti mayat yang ditemukan dalam kamar, sudah mengering dan rambutnya sudah mengelupas. Ada kapur barus juga. Mungkin biar gak bau," tuturnya.
Asiung menduga bahwa penyebab kematian satu keluarga itu bukan karena kelaparan, melainkan korban (anaknya) mengalami depresi. "Mungkin, Dian merasa ketakutan. Melihat bapak dan ibunya sudah mati. Tidak pernah ke luar rumah," ujarnya.
Asiung juga menyangkal adanya praktek atau ajaran sekte yang menjadi penyebab kematian sekeluarga. "Gak betul itu pak,"tuturnya.
Sementara itu, Lurah Kalideres Ahmad Subhan, menduga bahwa penyebab kematian sekeluarga itu bukan karena kelaparan. Mereka tergolong warga mampu. "Pak RT bilang itu keluarga korban belum lama ini beli mobil, punya motor," tuturnya.
Ia menyebutkan, pihaknya masih berkoordinasi dengan pengurus RT dan RW setempat. Kabarnya, ada sanak keluarga korban yang datang. "Kami masih menunggu sanak keluarga lainnya yang datang. Katanya dari Bekasi. Mereka hadir untuk mengurus jenazah korban, setelah itu baru proses kremasi," tambahnya. (why)