Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk melakukan rekayasa cuaca pada puncak musim hujan yang diperkirakan terjadi pada bulan Januari-Februari Tahun 2025.
"Antisipasi siklus 5 tahunan, kami minta kepada BPBD DKI Jakarta, untuk melakukan rekayasa cuaca yang akan digunakan pada saat puncak curah hujan tertinggi, yang diperkirakan terjadi pada bulan Januari-Februari Tahun 2025," tutur Pj Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi, saat meninjau Rumah Pompa Polder Green Garden, Kedoya Utara, Jakarta Barat, Rabu (6/11).
Dikatakan Teguh Setyabudi, untuk mempersiapkan hal tersebut, pihaknya akan menyiapkan pos anggaran pada APBD DKI Jakarta Tahun 2025. Meski begitu, pihaknya belum mengetahui berapa besarnya anggaran tersebut.
Diketahui, penerapan teknologi modifikasi cuaca bukan kali pertama dilakukan di wilayah DKI Jakarta. Pasalnya, teknologi ini pernah dilakukan untuk mengatasi kondisi cuaca ekstrem hingga polusi udara.
Ia menjelaskan, misalnya, pada akhir tahun 2022, BPBD DKI Jakarta berkoordinasi dengan tim gabungan TMC (Tim Modifikasi Cuaca) yang terdiri dari BMKG, BRIN, BNPB dan TNI AU melakukan penyemaian garam di Jakarta dalam upaya menanggulangi potensi cuaca ekstrem yang terjadi.
Kemudian, pada Tahun 2023, teknologi modifikasi cuaca juga pernah dilakukan dalam mengatasi pencemaran udara di Jakata pada saat musim kemarau. (why)