Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan meminta masyarakat untuk mengubah mindset hidup di perkotaan. Tidak lagi berpikir sebagai orang desa yang hidup di perkotaan.
"Kita bukan hidup di pedesaan. Kita hidup di perkotaan. Beda maindset-nya. Saya khawatir hidup di perkotaan namun maindset pedesaan," tuturnya saat membuka musrenbang tingkat kota Jakarta Barat, Kamis (22/3) pagi.
Menurutnya, seluruh pihak yang hadir pada musrenbang ini untuk merumuskan berbagai item pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di Jakarta Barat. Perhatikan kebutuhan hingga level rumah tangga atau keluarga.
"Misalnya, air bersih menjadi kebutuhan mendasar bagi warga di Jakarta. Bila tinggal di pedesaan, alhamdulillah lahan luas sehingga bisa mengambil air dari mana saha, Tapi iperkotaan untuk mendapatkan pasokan air bersih sangat sulit. Oleh karenanya, perencanaan ini harus memakai asumsi perkotaan. Sementara pemerintah mempersiapkan infrastruktur untuk pemenuhan kebutuhan rumah tanga," jelasnya.
Berdasarkan data statistik, warga Jakarta yang menikmati air PAM kurang lebih 60 persen. Sisanya, membeli air. "40 persen warga masih membeli air Rp 20 ribu/hari. Berapa setiap bulan, mereka mengeluarkan uang untuk membeli air. Beda dengan warga yang memiliki air PAM dan hanya membayar Rp 160 ribu/bulan. Inilah hal mendasar yang perlu diseriusi dengan penuh tanggung jawab," paparnya.
Hal yang mendasar lainnya bisa dilihat dari angka kematian ibu melahirkan di Jakarta. Berdasarkan statistik, Jakarta Barat menjadi wilayah dengan angka kematian ibu melahirkan tertinggi.
Ia meminta agar perencanaan pembangunan ini menggunakan indikator yang terkait kesejahteraan warga. Merencanakan program yang lebih mendekati diri dengan masyarakat. "Saya juga meminta program yang disusun konkrit sehingga dapat diukur tidak sekadar uang tapi hasil yang tercapai," tambahnya. (why/aji)
20 Mei 2024